Blog Pakpak

Jumat, 14 September 2012

Cerpen Pakpak : MERAJUT TALI KASIH YANG TERPUTUS


Oleh : Wasdin Sudiarma Berutu, SH - PAKPAK ADALAH PAKPAK

( Perselisihan dua keluarga berlanjut terus hingga keturunan mereka, tak ayal hubungan cinta sepasang anak manusia harus dipisah secara paksa, tapi karna rasa dan ikatan cinta itu sendiri pasangan ini sampai ke jenjang perkwainan hingga mereka hidup bahagia, mapan di hiasi sepasang buah hati yang kini telah sarajana, belakangan anaknya berusaha merajut kembali hubungan yang terputus, apakah dia berhasil ? ikuti kisahnya)

Sore itu, saat bapak Rendes yang biasa di panggil Parendes angan hayalnya melayang ke kampung halaman, daerah kelahiran, lebuhnya di Salak Pakpak Bharat. Kenapa ini semua terjadi, kenapa dulu Ibu dari istriku, Nampuhunku, Simatuangku tak merestui hubunganku dengan Tinaly ? kenapa dulu Bapakku menamparku dihadapan keluarga Tinaly, kenapa tak merestui hubunganku dengan Tinaly ? jikapun Bapakku cinta sucinya dengan Ibu Tinaly tak kesampaian, harus dipisahkan karena harta, karena status sosial yang berbeda tapi kenapa mereka menyimpan dendam hingga ke keturunan mereka, kenapa sampai hubungan cintaku dengan istriku juga dianggap terlarang, begitu angan Parendes seakan protes pada kedua keluarga itu.

Parendes ingat betul saat ia di tempeleng bapaknya untuk kedua kalinya di depan rumahnya sendiri dihadapan orang banyak, dihadapan Ibu dan Tinaly saat ibu Tinaly menjemput Tinaly dari rumahnya, Parendes meludah alias “ cicedur dan bersumpah “ oda kutingkah ne kuta en muna oda deng aku jadi jelma “ (tak kupijak lagi desa ini sebelum aku jadi orang ).

Parendes agak tersenyum sedikit saat saudara laki-laki atau turang Tinaly bernama “ Pungguh ” yang dulu teman sepermainan Parendes waktu kuliah di Medan sering melawan ibunya dan membela dirinya, dan Parendes tak pernah lupa kata-kata silihnya “ sabar ke silih lot waktuna nahan berubah omak i “ katanya menyabar-nyabarkan hati Parendes waktu itu.
   Kristin Maseh Atena Berutu (lokasi Brastagi)


Foto Putri Pengarang Kristin Maseh Atena Berutu, Calon Dokter dari UGM Jogja, sbg Ilustrasi

Angan hayal Parendes buyar semua ketika Mobil Fortuner yang dikenderai Istrinya Narendes memasuki halaman rumah mereka di bilangan Lokasari Jakarta.
Narendes : Ngapain termenung Parendes, apa ada masalah di Perusahaanmu, atau ada cewek pegawaimu menggoda-goda kau sayang ....?
Parendes : bukan Ma, aku teringat masa dulu di kampung bagaimana dulu kita diperlakukan orangtua kita, bagaimana kita dulu menderitanya hidup di Jakarta ini, bagaimana kita menata hidup hingga bisa seperti sekarang ini.
Narendes : tolong Parendes jangan ingatkan masa dulu, masa di kampung dulu, aku tak mau menangis mengingat itu semua, ada saatnya kita bertemu mereka kembali, tolong Parendes.

Parendes dan Narendes adalah suami istri, mereka dikarunia dua anak RENDES KASAH BERUTU dan perempuan bernama EVE RACUT BERUTU, perkawinan Parendes dengan istrinya tak disetujui orangtua Parendes yang berdomisli di Salak dan orangtua Narendes yang berdomisili di Sidikalang. Kisah cinta Parendes dan Narendes tak disetujui orang tua mereka mungkin karna kisah cinta orang tua mereka yang harus kandas karna perbedaan status sosial.

Parendes dan Narendes melarikan diri ke Jakarta, mereka tinggal di satu rumah kost-kostan, Narendes kerja di Mall sedang Parendes kerja magang-magang di Kantor-Kantor Konsultan Perencana sesuai dengan disiplin ilmunya sebagai Sarjana Teknik Bangunan dari USU Medan.

Setelah setahun di Jakarta mereka menikah, setalah Parendes merasa dirinya ahli dibidang Perencanaan Konstruksi dia membentuk Kantor Konsultan sendiri yang sekarang ini sangat populer di Jakarta.
Mereka tergolong keluarga kaya di Jakarta, anaknya Rendes juga mengikuti jejak bapaknya telah menjadi Sarjana Teknik dari UI sekarang ini membentuk Kantor Konusltan sendiri. Rendes sejak mulai masuk Fak Teknik hingga tamat telah bekerja di Kantor Bapaknya sebagai tenaga Pembuat RAB dan Gambar-Gambar Konstruksi hingga menjadi ahli seperti bapaknya.

Semenjak Parendes dan Istrinya urban ke Jakarta tak sekalipun berkomunikasi dengan keluarga mereka di Salak dan Sidikalang, mereka seolah terpaku pada sumpah Parendes tak akan kembali kekampung halamannya sebelum ia jadi orang, tapi meskipun ia telah kaya di Jakarta seolah sumpah itu membuat ia urung melihat kembali kampung halamannya dan bertemu kembali dengan sanak saudaranya.
Parendes dan Istrinya patut bersyukur Putranya lahir sebagai anak yang cerdas, gagah dan penurut sama perintah orang tua, demikian juga Putri sematawangnya lahir dan tumbuh besar sebagai gadis Cantik yang sebentar lagi akan menjadi Dokter dari UGM Jogja.

Parendes nama aslinya adalah JUGUL REJEKI BERUTU, dia anak tertua dari 3 orang bersaduara, adiknya yang kedua laki-laki bernama JONGGOL BERUTU, dan seorang adik perempuan bernama ENGET br BERUTU, mereka tingal di Salak (sekarang Ibukota Pakpak Bharat), kehidupan ekonomi mereka sangat pas-pasan.

Istrinya TINALY BR TUMANGGER dipanggil NARENDES anak kedua dari 3 orang bersaudara, yang tertua laki-laki bernama PUNGGUH TEMANGGER dan adiknya yang paling kecil bernama TONGCAP TUMANGGER, mereka tergolong ekonomi yang cukup mapan, bapaknya adalah seorang Pejabat teras di Pemerintah Kabupaten Dairi, sedang ibunya membuka Rumah Makan di Batang Beruh Sidikalang.



Semenjak Jugul dan Tinaly menghilang dari Salak dan Sidikalang, kedua keluarga ini musuh berbuyutan, keluarga Tinaly yang dipanggil Papungguh menuding Jugul telah menculik dan melarikan anak perempuannya bernama Tinaly br Tumangger, sebaliknya keluarga Jugul yang dipanggil Pajugul tak terima tuduhan keluarga Papungguh, dulu keluarga ini saling lapor ke Polres Dairi, namun karna tidak bisa dibuktikan adanya tindak pidana Penculikan perkara ini menggantung terus tanpa bisa diproses secara pidana.

Perselisihan dua keluarga ini bukan hanya sebatas Pajugul dan Istrinya dengan Papungguh dengan istrinya tapi seolah-olah menurun sampai ke anak-anaknya, keturunan mereka seakan tetap bermusuhan mungkin karena cerita-cerita dari orang tuanya yang saling menjelekkan, bahkan hingga kedua orang tua Papungguh dan kedua orang tua Pajugul meninggal tetap perselisihan ini tak mereda meskipun para keturunannya tidak sesengit permusuhan orang tuanya.

Praktis keturunan Pajugul dan Papungguh tidak saling mengenal, belum pernah bertatap muka meski tidak begitu jauh jarak antara Sidikalang dengan Salak.
Semua daerah telah dicari mereka untuk mengetahi keberadaan Jugul dan Tinaly (orang tua Rendes) tapi tak pernah berbuah hasil, bahkan banyak digunakan tenaga paranormal tapi semua sama tak membuahkan hasil.
Suatu ketika mereka liburan di Pantai Kuta Bali, saat mereka makan malam, Narendes secara tiba-tiba berkata :
Narendes : Kau anak Ibu yang gagah, selama ini banyak cewek cantik-cantik kau kenalkan ke Ibu dan bapakmu, tapi satupun belum ada kena di hati ibu.
Rendes : jadi cewek yang gimana yang disenangi ibu ?
Tiba-tiba Ibunya menunduk dan berlinang air mata mengungkapkan kerinduanya yang terpendam
Narendes : Maukah kau berjanji sama ibu membuat hati ibumu ini tersenyum ?
Ungkapan dan air mata Narendes membuat suaminya Parendes jadi heran penuh tanda tanya
Rendes : aku siap melakukan apa saja bu asal ibu senang dan bahagia.
Narendes : Sebelum kau mau memutuskan menikah dengan seorang perempuan, kau harus pergi ke Sidikalang, tepatnya di Batang Beruh, cari Puhunmu bernama PUNGGUH TUMANGGER saudara tertua mamak, dan TONGCAP TUMANGGER adik mamak yang paling kecil, anak dari Mpungmu, yang dikenal dengan panggilan Papungguh, jika ia punya anak perempuan itu adalah Impalmu, jika anak perempuannya kau senangi berarti itu jodohmu, namun demikian bukan ibu memaksa untuk kau melamarnya semua terserah kau Pah. (Pah panggilan sayang kepada anak laki-laki).

Mendengar kata-kata istrinya ini Parendes kelihatan terharu, rasa dendamnya dulu telah sirna dan berubah menjadi rasa kerinduan atas keluarga dan kampung halamannya. Tak ketinggalan Perendes menitipkan pesan sama anaknya.
Parendes : Juga sempatkan waktumu jalan-jalan ke Salak, cari Tongamu adik laki-laki dari Bapak bernama JONGGOL BERUTU dan Namberumu (tante) bernama ENGET BR BERUTU adik perempuan Bapak, anak dari Nenekmu yang dipanggil Pajugul sesuai nama bapakmu sebagai anak tertua dari keluarga nenekmu.
Setelah bapaknya mengucapkan kata-kata itu terlihat Bapak dan Ibunya menunduk dengan raut wajah sedih dan haru, mungkin timbul rasa bersalah tak memberi kabar selama ini ke orangtua mereka di Sidikalang dan di Salak.
Parendes : Mungkin kaulah Pah yang bisa merajut kembali perselisihan diantara keluarga Mpungu di Salak dan keluarga Mpungmu di Sidikalang, Bapak sangat mendukung, jika ada perlu dana bapak siapkan berapapun kau butuhkan Pah.
Rendes : Ok bu saya melakukannya, tapi jika Puhun itu punya anak perempuan saya tak bisa menjanjikan apakah saya akan berpacaran sama dia apalagi mengawininya.
Narendes : Kami orang tuamupun tak akan mau apalagi memaksa kamu kawin dengan orang yang tidak kau cintai, kamu harus mengawini perempuan yang kau cintai sebab kau sendiri yang akan menahkodai Bahtera Rumah tanggamu bukan Bapak dan ibu.
Parendes : sebaiknya kau kesana secara menyamar, jangan kau menyebut kami sebagai orang tuamu untuk menjaga kesan kami ini melupakan mereka hingga tidak timbul rasa sakit hati yang baru bagi mereka, ada saatnya kita pulang ke kampung secara bersama-sama untuk berkumpul kembali.
Rendes : ok Ibu, Pak Bulan depan saya berangkat.
Setelah Rendes menunjuk seorang yang dipercaya untuk mengatur seluruh kegiatan di Kantornya, ia langsung berangkat ke Medan. Dari Bandara Polonia Medan ia sudah di jemput oleh supir, karna Bapaknya telah memesan mobil rekannya sesama Konsultan di Medan untuk digunakan selama Rendes berada di Sidikalang.
Maklum Rendes belum pernah ke Medan apalagi ke Sidikalang. Di Sidikalang Rendes kebingungan, untung ada teman kuliahnya dulu bernama Renggur Tumangger di UI orang Sidikalang bisa menunjukkan dan memperkenalkan daerah Sidikalang.
Rendes terpaksa menginap di Penginapan karna tak ada orang atau keluarga yang di kenalnya di Sidikalang. Keesokan hari saat mereka berjalan-jalan disuatu tempat, Rendes ingin dapat informasi dari Renggur namun maksud dan tujuan Rendes datang ke Sidikalang dirahasiakan rapat-rapat.
Renggur : Frend,, rencana berapa lama di Sidikalang ini ? berkunjung kesini apa mau bisnis, mencari keluarga atau hanya sekedar rekreasi saja ?
Rendes : Hanya rekreasi aja, jalan-jalan di daerahmu ini brooo, sekalian ngelirik-lirik mana tau ada cewek yang mau ...
Renggur : eee jangan bercanda Frend, mana mau loe cari istri disini, udah punya kantor sendiri, anak Jakarta, edan loe kalau cari istri disini ?
Rendes : Main-main frend, eee tapi jangan silap, muaksudmu orang Jakarta ndak boleh dapat istri orang Sidikalang ? pasal mana itu ngatur bosss
Renggur : bukan nggak boleh, tapi ndak masuk akal lah ... kalau aku sih gw doakan loe dapat Jodoh orang sini biar loe ikut bangun Dairi ini, Loe kan orang Pakpak pasti darah yang mengalir di tubuhmu adalah darah Pakpak, saya yakin karna darah yang mengalir di tubuhmu maka nuranimu berbicara untuk berbuat dan ingin berperan serta membangun daerah ini.
Keesokan harinya pas Rendes dan Renggur duduk-duduk santai di Taman Wisata Iman Sidikalang tiba-tiba ada serombongan cewek-cewek mendatangi si Renggur, “ eeee turang, lagi santai ya, boleh gabung ? kata seorang cewek, “ boleh sekalian kenalkan temanku, dia teman sekuliahku dulu “ Rendespun berkenalan dengan 6 orang rombongan cewek-cewek ini, yang salah satu paling cantik bernama Cinari brTumangger “
Rendes sengaja menyalam Cinari lama sambil berkata “ gila frend, ini cewek cantik banget “ memuji sambil melirik si Renggur. “ biasa aja frend jangan memuji gitu, dia adikku, sepupuku, Bapaknya dia dengan Bapakku Saudara, jadi ini beru Patuangku, kata Renggur.
Karna kelamaan di salam si Rendes, semua teman-temannya tertawa, Cinari langsung menarik tangannya, “ siapa sih cowok ini sok akrab, disangkanya aku ini cewek murahan, apalagi didepan mata turangku “ pikir Cinari. “ sory ya dek, jangan berpikir negatif, hanya faktor kebetulan wajahmu mirip sama sesorang “, kata Rendes “ si Cinari menjawab “ ndak apa-apa “, namun hatinya sedikit agak protes.
Sebenarnya karna saling tak mengetahui, Renggur sendiri adalah anak Puhun atau Paman dari Rendes yaitu anak dari Tongcap Tumangger ( adik laki-laki mamak Rendes) sedang Cinari adalah anak dari Pungguh Tumangger abang tertua dari ibu Rendes. Rumah Renggur dan Cinari bersebelahan di Batang Beruh Sidikalang.
Rupanya Rombongan Cinari baru pulang dari suatu pertemuan untuk pembentukan Pengurus Cabang suatu Partai Politik karna kebetulan saat itu mau Pemilu Legislatif.
Rendes : dari mana tadi Turang, banyak banget satu rombongan, bawa-bawa map lagi kayak mau kekantor.
Cinari : baru selesai rapat, coba-coba ikut belajar gabung di Partai Politik.
Rendes : Kalau Turang Cinari tamat dari mana dulu ?
Cinari : Dari Fak Hukum USU Medan Turang, udah test hari itu ke PNSD tapi gagal, yah coba coba gabung di Parpol nambah-nambah pengalaman.
Setelah lama ngobrol sana sini, dan hari mulai sore, Renggur mengajak Rendes ke rumahnya.
Renggur : habis dari sini gimana kalau kita kerumahku aja, lihat rumahku brooo ...!!!!
Rendes : wah tawaran yang menantang itu, ok kalau tak merepotkan.
Mereka kembali ke Sidikalang, karna si Cinari datangnya naik Sudaco ia minta ikut nompang mobil si Rendes, “ ok dengan senang hati tur “, kata Rendes sambil membuka pintu depan mobilnya.
Setelah sampai di Batang Beruh, “ ini rumahku dan sebelahnya rumah turang Cinari “ , kata Renggur, “ oooo jadi berendeng ceritanya rumah bersepupu ini ...!!!!, kata Rendes dan langsung memarkirkan mobilnya.
Cinari langsung ikut masuk ke rumah Renggur, yang kebetulan pas berkumpul orang tua Rendes dan orang tua Cinari. “ setelah di salami Rendes, ia lama terpelongo memandang Bapak Renggur dan Bapak Cinari, seolah ia tak percaya bagaimana miripnya wajah Ibunya dengan Bapak Renggur dan Bapak Cinari.
“ eee turang, kenapa gitu melihat Bapakku ? Rendes hampir kebablasan ngomong “ mirip sama ibuku ... nggak wajah Bapakmu mirip betul dengan wajahmu, berbahagialah keluarga ini mempunyai putri secantik kamu ..” kata si Rendes, “ mirip dong orang anaknya, tapi jangan muji gitu turang, jelek gini dibilang cantik “kata Cinari.
Rendes penasaran, ada keyakinan pada dirinya bahwa mereka inilah yang dimaksudkan orangtuanya, ia mulai memutar akal untuk mencari informasi sedetail mungkin.
Rendes : di depan itu tadi ada tertulis T. TUMANGGER, “ T “ itu apa kepanjangannya ?
Bapak Renggur : Itu singkatan nama saya TONGCAP dan di sebelah rumah Cinari P. TUMANGGER kepanjangan PUNGGUH, kami ini bersaudara, si Cinari ini putri Abangku.
Benar dugaanku, ternyata kedua orang tua ini adalah Puhunku, saudara laki-laki mamakku, pikir si Rendes.
Rendes : Oh ya Ibuku beru Tumangger, jadi aku Panggil Puhun aja.
Orangtua Renggur : dimana orang tuanya ?
Rendes : kami tinggal di Jakarta, aku kemari mau rencana membuka usaha di daerah ini.
Mendengar mau berusaha, langsung Cinari mengajukan usul
Cinari : Turang bisa dong aku kerja di Perusahaan Turang ?
Rendes : Turang Cinari harus jadi DPRD
Cinari : seirus nich Impal,,,, tolong dong, aku di Parpol hanya ikut-ikutan, itupun kalau dimasukkan namaku nanti dalam struktur kepengurusan Cabang, kalaupun dimasukkan mimpi kalau jadi DPRD darimana uang miskin begini, dana kesana ratusan juta Impal.
Rendes : Optimis Impal, harus bisa.
Cinari : Dasar Impal tak mau terima, nggak ngecewakan Impal aku gini-gini Sarjana koq.
Rendes : Justru itu, pasti bisa jadi Anggota Legislativ.
Setelah habis makan dari Rumah Renggur, Rendes kembali ke Penginapan, dia teringat kembali wajah Puhunnya yang mirip dengan ibunya, juga ia membayangkan wajah Impalnya, meskipun impalnya cantik tapi ia kurang tertarik mungkin karna kurang menata diri dan berpakaian seadanya beda dengan teman-teman wanitanya di Jakarta. Tapi kucoba besok malam minggu bincang-bincang dengan Cinari, pikirnya.
Besoknya malam minggu Rendes memarkirkan mobilnya di halaman rumah Cinari, langsung si Cinari menyediakan kopi dan mengajak si Rendes duduk di teras depan rumahnya.
Rendes : Maaf jika saya mengganggu malam minggu Cinari, tapi kalau pacarnya datang saya akan menjauh jalan sama Renggur nanti, boleh kan ?
Cinari : Pal aku ini ndak punya pacar, jelek gini siapa yang mau
Rendes : Jangan merendah, dalam dunia politik itu tak menguntungkan, harus percaya diri, tak perlu mengatakan kita jelek, miskin, tak mampu, biar aja publik yang menilai.
Cinari : jangan ngaur Bang, aku ini bukan orang politik, hanya ikut-ikutan, sumpah ...
Rendes : jangan bersumpah, itu tak baik, gimana kalau kau benaran jadi anggota DPR ?
Cinari : wooow Bang .... jangan mimpi.
Rendes : Bermimpilah ,,,mimpi itu membuat kita semangat untuk bekerja atau berkarya, karna mimpi adalah awal menuju dunia nyata.
Cinari : Tapi mimpi itu tak akan jadi nyata, aku tak mau jadi wanita pemimpi.
Rendes : kalimat itu yang kusenangi
Cinari : Bingung deh sama abang, tapi senang deh abang bercanda, lelaki gagah ... gitu lhooo
Rendes : makasih pujiannya, boleh kita jalan besok.
Cinari : jalan kemana Bang, Sidikalang ini begini aja, tempat rekreasinya terbatas beda dengan Jakarta.
Rendes : ada suatu tempat, bersedia kan Impal.
Cinari : ok deh aku tunggu besok.
Rendes : oh ya, ngomong-ngomong Kakek Nenekmu masih hidup.
Cinari : Wah Nenek kami 5 tahun yang lalu udah meninggal, kuburannya di Pemakaman Umum, kenapa tanya Kakek Nenekku Bang ?
Rendes : ndak apa-apa, minta doa restu di kuburannya agar kau jadi DPRD Dairi
Cinari : udah deh bang, jangan bicara politik lagi.
Rendes : ok, makasih atas waktunya, besok jam 9.30 pagi aku jemput.
Besoknya sekitar jam setengah sembilan, Rendes udah datang, Cinari udah kelihatan memakai pakaian yang bagus, mungkin ia agak kagum melihat penampilan dan cara Rendes.
Setelah masuk di Mobil, rendes menjalankan mobilnya pelan-pelan
Rendes : Coba tunjukkan jalan ke Pemakaman Umum
Cinari : ngapain ke Pemakaman Umum
Rendes : Jiarah ke Makam Kakek Nenekmu
Cinari : Betulan nich bang mau jiarah ???
Rendes : Betulan, itu dibelakang aku udah bawa air dalam ceret.
Cinari : Bingung deh ngeliat abang, sungguh bingung.
Di  makam Nenek dan Kakek mereka, terlihat sekitar makam ditumbuhi banyak semak belukar, Rendes langsung dengan tangannya membersihkan makam, semua rumput-rumput di cabut, hampir 1 jam ia membersihkannya.
Rendes : Mari duduk dan berdoa, bulatkan niatmu, sampaikan dalam doa sama Tuhan, ayo ... apa niatmu.
Cinari : Niatku dapat jodoh segagah abang, apa itu bisa Bang
Rendes : Boleh, tapi niatkan juga agar kau jadi DPRD Dairi, jangan tolak keinginanku, Tuhan pasti mendengarnya.
Karna dilihat si Cinari begitu semangatnya Rendes membersihkan semak-semak di makam ini, dan begitu seriusnya Rendes menyatakan jadi DPRD ini, Cinaripun jadi serius. “ mari kita berdoa dalam hati masing-masing” kata Rendes. Merekapun berdoa bersama.

Diperjalanan pulang dari makam, Cinari sangat bingung, banyak pertanyaan, kenapa mau membersihkan makam Nenekku, apakah dia cari perhatian samaku dengan cara membersihkan makam kakek nenekku ?, ia tak pernah berpikir bahwa yang disampingnya adalah Impal kandungnya.
Cinari : Bang sungguh aku bingung, seumur hidupku baru ini bingungnya luar biasa, kenapa abang mau membersihkan makam nenekku ? kenapa bang ?
Rendes : Hanya berdoa agar kamu bisa jadi DPRD
Cinari : itu-itu lagi, udah Bang jangan mimpi, yang lain aja dibicarakan Bang.
Rendes : oh ya, lusa saya ke Salak, jalannya dari mana ? apa kau boleh temani saya ?
Cinari : Maaf Bang, dengan sesuatu alasan yang sulit saya ungkapkan kalau ke Salak saya menolaknya
Rendes : Kenapa ? apakah Salak kota larangan ?
Cinari : Sulit mengatakannya, disana musuh bebuyutan keluarga kami, saudara perempuan Bapak saya bernama Tinaly dibawa seorang laki-laki yang hingga sekarang tak tau kabarnya apakah Namberu itu masih hidup atau tidak.
Mendengar penuturan Cinari, Rendes langsung meminggirkan mobilnya, karna cerita ini belum pernah di dengar dari kedua orang tuanya.
Rendes : Kenapa bisa dibawa lari, boleh ceritakan bagimana kejadiannya.
Cinari : Saya juga mendengar cerita dari Bapak dan Mamak Bang
Rendes : gimana ceritanya
Cinari : dulu saudara perempuan bapak berpacaran dengan laki-laki anak Salak yang menurut Bapak namanya Jugul Rejeki Berutu, tapi hubungan mereka tak direstui kedua orang tua, baik dari keluarga Alm. Kakek kami juga dari keluarga pihak laki-laki.
Rendes : kenapa tak disetujui, kenapa ?
Cinari : ini juga cerita yang kutau Bang, katanya Nenekku perempuan dengan Bapak laki-laki yang menculik Namberu itu juga dulu pacaran, tapi karna perbedaan status sosial maka cinta mereka kandas, mereka di pisah secara paksa, akibatnya timbul rasa dendam, ketika diketahui Namberuku pacaran dengan anak mantan pacarnya langsung dipisah secara paksa juga. Kenapa mereka dipisah baik oleh Nenekku juga Keluarga Pihak laki-laki alasan pastinya saya tidak tahu mungkin karna rasa sakit hati mereka dipasah secara paksa.
Mendengar cerita itu lama Rendes menunduk, tatapan matanya hampa, seakan menghayal tentang kesedihan percintaan Bapak Ibunya masa dulu hingga pergi merantau ke Jakarta.
Cinari : koq termenung Bang, kayak menimpa keluarga abang aja.
Rendes : ooo bukan ... bukan ... yang saya bingung nengok kamu aja sama sepupumu Renggur
Cinari : kenapa jadi bingung sama saya Bang
Rendes : Kamu kan udah Sarjana, juga Renggur sudah Sarjana dan lama tinggal di Jakarta, kenapa tak bisa menduga-duga, menganalisa serta menimbang-nimbang siapa yang bersalah, sangat naif jika mempersalahkan pihak laki-laki, atau sebaliknya, yang namanya cinta jangankan untuk melarikan diri bersama, bunuh diripun mau, kenapa kalian keturunannya ikut-ikutan bermasalah ? padahal kalian seyoginya mempersatukan kedua keluarga itu agar mereke cepat ditemukan.
Cinari : satu sisi benar bang, tapi disisi lain atas dasar apa kami mendamaikan karna antara Keluarga kami dengan Keluarga Pihak laki-laki tidak ada hubungan keluarga, juga bagaimana kami mau berdamai sementara nasib Namberu kami belum kami tau masih hidup atau sudah dibunuh.
Rendes : Jangan berpikiran sempit, berpikirlah luas dan panjang, cinta itu sendiri membuat mereka hidup dan bisa jadi udah bahagia, tapi karna pertengkaran kalian mereka tak mau pulang.
Cinari : Benar juga bang, mudah-mudhan Namberuku masih hidup dan kami bisa berkumpul lagi.
Rendes : sekiranya Namberumu itu kawin sama laki-laki itu, mereka bahagia, ada putranya datang sama kamu melamar apakah kau menolaknya juga karna tragedi percintaan masa silam dari Nenek mu ?
Cinari : sulit menjawab yang tak masuk akal bang, kecuali itu bukan diangan-angan, kecuali itu adalah fakta laki-laki itu di hadapanku.
Rendes : mudah-mudahan kau tak menyesali sikapmu.
Cinari : aneh abang ini, apakah abang anak Namberuku, kalau anaknya aku langsung mengikut apalagi gagah begini ( sambil tertawa).
Rendes : Sekiranyapun laki-laki anak Namberumu itu adalah aku, mungkin aku tak mau kawin dengan perempuan pendendam.
Cinari : aku dan keluarga kami bukan pendendam Bang, benar bukan hanya abang yang salah mengartikan, sungguh bang.
Rendes : begitu kah, syukurlah ....
Malamnya Cinari sulit memjamkan mata, ia menganalisa dan menimbang-nimbang saran si rendes, “ apakah pertengkaran keluarga Nenekku harus turun ke kami cucu-cucunya ? bisa masuk akal jika kedua keluarga ini bersatu Namberu bisa pulang berkumpul kembali dengan keluarga kami, “ aduh enaknya bisa bermanja-manja dengan seorang Namberu yang selama ini tak pernah kudapatkan “ pikir Cinari.
Lusa aku jiarah lagi ke kuburan Kakek Nenek, berdoa mintak petunjuk, begitu dirancang si Cinari.
Pas Cinari naik spedamotor (kreta) ke makam Kakek Neneknya, betapa ia terkejut dari kejauhan ada seorang lelaki bersujud berdoa di makam tersebut, secara pelan-pelan mendekatinya, ia memperhatikan di pinggir jalan ada Mobil Rendes, “ kenapa Rendes ini berdoa di makam kakek nenekku, apakah ia benar anak Namberuku ? “ pikir Cinari.
Langsung si Cinari menghampiri si Rendes, setelah habis berdoa “ maaf ya Impal, aku nompang berdoa di Makam Kakek Nenekmu agar tak ada keturunannya jadi manusia pendendam “ katanya
Tunggu bang ... tunggu ... aku jadi tanda tanya kenapa abang membersihkan makam ini dengan sungguh-sungguh seperti makam neneknya sendiri, kenapa abang datang sendiri berdoa di makam ini ? siapa sebenarnya abang ?
“ sory Impal, kalau kau keberatan, besok lusa aku berdoa di makam sebelah sana “ kata si Rendes. Mendengar kata-kata itu Cinari berasumsi lelaki ini hanya ingin berdoa aja di makam, “ ok, jangan tersinggung Bang, aku hanya bingung, jujur kagum lihat abang, gagah, tampan, sarjana, kaya tapi bersikap sederhana, jujur bang aku bingung bercampur kagum.
“ ok, aku langsung ke Salak, jaga dirimu, berdoalah biar kau bisa DPRD, bisa bertemu dengan Namberumu yang hilang, ingat doa manusia yang tulus akan didengar Tuhan “ kata Rendes, “ ok bang hati-hati dijalan, cepat pulang ya bang “ kata Cinari seakan ia merasa begitu dekat dengan Rendes.
Sesampainya Rendes di Salak dia begitu kebingungan tak ada Hotel atau Penginapan, Rendes langsung mencari teman-teman sebayanya, dia mulai di tempat warung-warung kopi.
Rendes berkenalan dengan laki-laki se marganya bernama Pagut Berutu, dari Pagut inilah dia banyak mendapat informasi, malamnya ia tidur di Rumah Pagut. Tak sulit bagi Rendes mencari teman di Salak karna Salak masyarakatnya ramah tamah, beradat, pertamue (suka menjamu) anak-anak mudanya pandai bergaul juga ramah-ramah, tutur katanya bersahabat.
Keesokan harnya kebetulan hari Minggu, Rendes bersama temannya Pagut jalan-jalan dan masuk ke suatu rumah yang biasa tempat berkumpul muda-mudi. Rendes mengenalkan dirinya ke seluruh muda-mudi di rumah ini, Rendes terkejut memandang sebuah foto besar berbingkai menempel di dinding sama persis wajahnya dengan Bapaknya. Rendes mencari laki-laki dan permpuan yang berkumpul disitu dengan foto yang menempel. Lama Rendes menatap foto itu hingga rokok ditangannya tak jadi-jadi di nyalakan.
“ heee Turang kenapa ngeliat begitu ama foto Bapakku ? “ kata seorang perempuan ? Langsung di salam Rendes kembali “ siapa tadi namanya Turang ? “ kata Rendes memastikan “ Rimpah Berutu” turang, katanya, “ ooo berarti kita merturang, aku Rendes Berutu “ gambar Tonga ini “ gagah seperti bapakku “ kata Rendes memuji “ hehehe muji sendiri ya turang ... “ kata Rimpah.
Banyak anak gadis di tempat itu senyum-senyum harap sama Rendes, ingin didekati Rendes sebagaimana biasanya “ kalak mertandang “ tapi aneh si Rendes tetap mengajak Rimpah berbicara.
Rendes : katanya di Salak ini banyak Nenas manis-manis, gimana kalau kita cari Nenas di kebun-kebun nenas.
Br Manik : wah setuju turang, mantap itu.
Rendes : ok ayo rame-rame.
Mereka semua naik mobil Rendes ke kebun kenas, ada juga yang naik speda motor karna tak muat di Mobil, di depan sengaja Rimpah disuruh Rendes karna ia ingin lebih dekat dengan turangnya itu.
Di kebun Nanas, sambil menguliti dan makan nanas, Rendes mengajak Rimpah duduk berduaan jauh dari teman-temannya.
Rendes : Kenapa ya turang semenjak aku kenal tadi rasanya aku kayak bertemu dengan turangku kandung ?
Rimpah : syukurlah turang kalau mau menganggap aku Turang kandung, meskipun kami miskin
Rendes : apa persaudaraan diukur dengan harta turang.
Rimpah : adageee turang, senangnya aku mendengar kata-katamu, semoga di dengar Tuhan kata-kata turang ini
Rendes : Orang tua Rimpah berapa orang bersaudara.
Rimpah : 3 orang, Bapakku anak kedua, abang Bapakku (sintabi unang melala babah) bernama Jugul Rejeki Berutu pergi merantau, Namberungku Enget br Berutu kawin ke Marga Manik tinggal di Salak ini.
Rendes : Kalian sendiri berapa orang bersaudara ? Kalau Namberumu berapa anaknya ?
Rimpah : kami 3 orang saudara, abangku namanya Panco dan adik perempuanku bernama Rinda, kalau Namberuku punya dua anak yang laki-laki Parda dan perempuan bernama Leci.
Rendes : Abang Tonga yang kau bilang merantau itu, merantau dimana ?
Rimpah : entahlah turang, menurut cerita Bapak dan Mamak, Patua itu dulu bernama Jugul Rejeki Berutu pacaran dengan putri orang kaya dari Sidikalang bernama Tinaly br Tumangger, tapi hubungan mereka tak disetujui baik keluarga perempuan maupun keluarga kami, hingga kakekku dulu menampar Patua itu dihadapan pacarnya Tinaly dan Ibu Tinaly, katanya Patua itu dulu meludah ke tanah dan bersumpah tak kembali ke Salak ini sebelum ia jadi orang.
Rendes : terus gimana
Rimpah : setelah Patua itu tak ada lagi di kampung ini juga perempuan pacarnya itu juga menghilang dari Sidikalang, sampai kakekku di laporkan Kakek mereka ke Polisi, lama dulu Bang perkaranya, panjang ceritanya Bang, kami tak tau Patua itu masih hidup atau sudah di bunuh keluarga mereka, apalagi keluarga mereka orang berduit.
Rendes : jangan berpikir negatif dek, jangan mengatakan udah dibunuh kecuali ada faktanya nanti kita berdosa, gimana kalau mereka itu saling mencintai, kawin di suatu daerah, manatau mereka bahagia sudah punya anak laki dan perempuan, yah aku ikut prihatin dek atas kejadian yang menimpa keluargamu.
Rimpah : mudah-mudahanlah Turang Patuangku masih hidup, mudah-mudahan dia benar berumah tangga dan bahagia apalagi sudah berketurunan.
Rendes : oh ya Kakek Nenekmu masih hidup.
Rimpah : 5 tahun yang lalu sudah meninggal dua-duanya.
Rendes : gimana kalau kita besok ke kuburan kakek nenekmu, kita berdoa disana minta petunjuk dari Tuhan dimana keberadaan Patuamu.
Rimpah : yang benaran ini bang, mau jiarah kesana ?
Rendes : kenapa tidak, doa seorang Putri yang lugu seperti kamu didamping Turangnya seperti aku pasti di dengar Tuhan.
Rimpah : Benar ya bang, besok, oh ya di Salak ini abang tinggal di rumah siapa ?
Rendes : aku tak ada keluarga disini, aku mau mengadakan Penelitian di Salak ini.
Rimpah : tinggal di rumah kami aja Bang, baik koq Bapak Ibuku, juga saudara-saudaraku.
Rendes : benaran ndak keberatan
Rimpah : sumpah Bang aku senang sekali, asal mau tinggal di rumah kami yang reot-reot.
Rendes : tak baik merendah, ok kalau tak keberatan mulai malam ini aku menginap di rumahmu.
Keesokan harinya sekitar jam 8 Rimpah beserta Bapak Ibu dan saudara-saudaranya pergi jiarah kekuburan kakek Neneknya yang dikubur secara berdampingan. Di tempat itupun Rendes dengan sungguh-sungguh membersihkan kuburan kakek neneknya ini, bingung Rimpah dan Orang tuanya seolah-olah itu makam nenek Rendes “
Setelah bersih mereka berdoa “ turangku Rimpah bulatkan doamu pada Tuhan di makam ini, yakinlah Tuhan akan mendengar doamu dan doa kita semua semoga Saudara Tonga ini yang merantau cepat kembali “ begitu diajak Rendes.
Setalah 3 hari Rendes di Salak, sore-sore Rendes mengajak Rimpah kembali mengobrol berdua,
Rendes : kamu tamat sekolah apa turang ?
Rimpah : hanya tamat SMA turang, mau kuliah tapi tak ada biaya, maklum turang orang tua miskin.
Rendes : mau menerima usul saya ?
Rimpah : usul apa turang ?
Rendes : kau nanti bantu saya di Sidikalang, baru tahun ajaran depan kau kuliah di Jakarta semua biaya aku yang nanggung.
Rimpah : yang benar turang, yang masuk akal saja, kita saja baru kenal, masak abang mau berkorban begitu ?
Rendes : Persaudaraan tidak harus di ukur dari lamanya, tapi bagaimana niat kita untuk menjalin persaudaraan itu sendiri.
Rimpah : jangan membuat aku menghayal turang.
Rendes : ini salam tanganku ( mereka bersalaman) Tuhan jadi saksi kata-kataku, kamu Tahun depan harus kuliah, kalau tak lulus di Perguruan Tinggi Negeri kita cari di salah satu Perguruan Tinggi swasta di Jakarta.
Rendes mengambil uang dari kantong jeketnya satu ikat 10 juta, ini kau gunakan untuk beli keperluanmu, tunggu teleponku kapan kau ke Sidikalang untuk membantu aku sekaligus ikut-ikut Bimbingan Test, saya duluan besok ke Sidikalang, kata Rendes.
Rimpah begitu bingung dan pucat karna belum pernah memegang uang 10 juta, “ benaran ini turang ? “ tanya Rimpah memastikan, “ apa abangmu ini tampang pembohong turang “
Spontan Rimpah menarik si Rendes ke rumah sambil berteriak bercucuran air mata “ Pa ... Nangee, enggo roh malaikat mi saponta nange, aku naing ikuliahken turang en “ (Pak, Ibu sudah datang malaikat kerumah ini aku mau dikuliahkan) katanya sambil menunjukkan uang 10 juta ini.
Rimpah berjingkrak-jingkrak ke girangan, sambil menangis Rimpah memeluk si Rendes, “ Trima kasih Tuhan sudah kau kirim aku malaikat, trima kasih turang “ katanya.
Bapak dan Ibu Rimpah bingung tak percaya, terkadang sesekali mencurigai lelaki ini, tapi berusaha mereka menanggapi kehadiran si Rendes sebagai malaikat penolong di keluarga mereka.
Kesokan harinya Rendes kembali ke Sidikalang, dan sore harinya dia karna capek langsung baring-baring di penginapan tempatnya menginap.
Setelah ia mengaktifkan HP nya, ternyata si Cinari sudah berkali-kali menanya kabar kepulangannya dari Salak lewat SMS. Tak lama HP nya berdering dihubungi si Cinari, lewat HP Cinari memaksa bertemu, alasanya ada yang perlu dibicarakan, juga dia bilang sudah kangen.
Rendes menjemput Cinari dari rumahnya dan langsung memasuki satu rumah makan, sambil makan Mie Goreng ala Sidikalang mereka mulai ngobrol.
Cinari : kenapa aku kangen sama abang ya, jujur bang aku tak malu mengatakannya aku kangen bang
Rendes : yang benar kangen, kalau kangen ama pacar itu baru benar.
Cinari : entahlah bang, dulu aku punya pacar tapi tak sekangen ini, tapi ini benar-benar kangen, padahal kita bukan pacaran.
Rendes : syukur deh ada yang kangen samaku, tapi sebaiknya jangan kangenlah, berikan rasa kangenmu sama kekasihmu
Cinari : Bang saya tak punya pacar, tapi kurasa saya kangen ama seseorang itu adalah hak saya, saya tak menuntut yang saya kangeni itu harus jadi pacar saya, masak sih kangen aja dilarang ?
Rendes : dilarang atau tak dilarang, dimana UU nya itu urusan kalian Pakar Hukum
Cinari : Nyintil nic bang, menteng-menteng aku pengangguran ?
Rendes : ooo jadi Nona Cantik ini, Impalku ini pengangguran, syukurlah ....
Cinari : koq bersyukur Bang aku pengangguran
Rendes : Kalau kau mau ikuti cara mainku, jangan terlampau banyak protes, hilangkan sifat pendendam, meskipun aku bukan siapa-siapa kamu, maka kamu akan menemukan sebuah pekerjaan baru yang sangat bergengsi, bagaimana ?
Cinari : bingung bang, mana kutau cara main abang itu gimana bentuknya, lagian ngungkit lagi bilang aku pendendam, jujur Bang aku tak pendendam malahan saran abang hari itu benar-benar kuhayati, tapi cara main abang itu jujur aku bingung bagaimana hubungan cara main dengan pekerjaan bergengsi itu.
Rendes : ya udah kalau tak mau.
Cinari : ia bang, aku mau, pokoknya aku mau, apalagi cowok se gagah abang suer aku mau
Rendes : jangan hubungkan dengan gagah atau tidak, ini tak berhubungan dengan perasaan, atau hubungan percintaan, ini benar-benar suatu permainan.
Cinari : ok bang, aku ikuti, akupun sadar koq aku jelek bukan kayak cewek Jakarta, tapi cinta putri Pakpak itu sangat mulia dan bisa dipercaya bang, hehehehe
Rendes : siapa bilang kamu jelek ? kamu itu cantik hanya karna kurang tau menata diri, jarang merawat tubuh dengan aneka kosmetik kecantikan maka kecantikanmu seakan terbalut oleh suatu kepolosan alam.
Cinari : kata-kata pujianmu bang membuatku melayang, gimana mau mempercantik diri aku aja pengangguran ?
Rendes : maka itu, kalau mau cantik, ikuti permainanku.
Cinari : udah kubilang aku ikuti, coba terangkan gimana permainannya.
Rendes : besok aku ke Jakarta, kau disini cari rumah untuk di kontrak, beli meja-meja,kursi perlengkapan Kantor, Komputer, laptop nanti aku bawa dari Jakarta, fotocopy KTPmu dan Ijajah Sarjanamu.
Cinari : uangnya dari mana bang ?
Rendes : besok aku kasih uang 50 juta bentuk Cek tunai, tukarkan ke Bank, dan yang penting berbicara dan bersikaplah dengan dewasa sebagai orang yang itelek ke masyarakat.
‘Cinari : benaran nich bang, abang mempercayakan uang sebanyak itu samaku ?
Rendes : saya yakin dalam darah dagingmu tak ada mengalir darah pencuri, hanya menurun sifat pendendam.
Cinari : terima kasih bang atas kepercayaannya, apalagi dengan keyakinan abang bahwa aku orang yang bisa dipercaya, aku tersanjung bang, aku tak lagi bertanya apa rencana abang, tapi tolong jangan larang saya bang untuk kangen, jika abang melarang saya untuk kangen, lebih baik aku tak menerimanya, karna nuraniku melebihi dari segalanya, ketika aku menghadapi masalah yang tak bisa di selesaikan akal sehatku selalu nuraniku yang kutanya.
Rendes : Saya kagum melihat wanita yang selalu menanya kata hatinya, menanya nuraninya, rasa kangenmu adalah kebangganku, sebaliknya buatlah aku kangen kepadamu karna sesungguhnya akal sehatmu tak bisa menjawab siapa aku sebenarnya, dan untuk apa aku ada dihadapanmu.
Cinari bingung dan bertanya dalam hatinya apa sih artinya “ siapa aku sebenarnya, untuk apa aku dihadapanmu “ lama ia terdiam membisu memikirkan kata-kata itu, seribu teka-teki silih berganti.
Cinari : saya tak akan bertanya lagi meskipun saya bingung siapa dan untuk apa abang dihadapanku, kalau dikatakan abang tertarik samaku sama sekali tidak ada tanda-tanda ke arah itu, biarlah saya bingung biar aku semakin hari semakin kagum sama abang. Saya berjanji pada saatnya abang bisa kangen samaku sebagaimana aku kengen sama abang.
Rendes : baiklah kalau kau setuju, saranku jaga kesehatan, baik-baik bergaul dengan masyarakat, usahakan masyarakat kagum dengan kamu, jangan pendendam, bersahabatlah dengan semua orang yang kau suka maupun yang tak kau suka, kangenlah samaku karna kangenmu bisa membuat aku lebih dekat dengan kamu.
Cinari : hati-hati bang diperjalanan, doaku menyertai abang, sampaikan salamku sama Namberu dan Mamberu di Jakarta.
Rendes kembali ke Jakarta, betapa terkejudnya kedua orangtuanya memperlihatkan foto-foto keluarga mereka di Sidikalang dan di Salak, ia juga memperlihatkan foto makam kedua kakek neneknya di Salak dan Sidikalang.
Atas bantuan dari Bapaknya Rendes menemui seorang Pimpinan Partai Politik di Jakarta, dan atas lobi dan masukan dari Rendes DPP Partai Politik tersebut memberikan Mandat Pembentukan Kepengurusan Dewan Pimpinan tingkat Cabang di Kabupaten Dairi atas nama Cinari Tumangger, karna menurut Rendes dengan cara inilah ia bisa dengan mudah memperekat hubungan dua keluarganya yang bertengkar bebuyutan secara turun temurun.
Berbagai peralatan kantor dibeli seperti Laptop, Ibunya membelik 4 Koper besar pakaian yang akan di berikan pada 2 keluarga Puhunnya di Sidikalang dan 2 keluarga dari Bapaknya yaitu Tonga dan Namberunya di Salak.
Setelah 2 minggu Rendes di jakarta ia kembali ke Sidikalang, semua barang-barang di masukkan dalam mobil Fortunner miliknya yang dibawa oleh supirnya lewat darat ke Medan, sedang Rendes sendiri naik pesawat. Dari Medan supirnya disuruh kembali ke Jakarta selanjutnya Rendes mengenderai sendiri mobilnya ke Sidikalang.
Mendengar berita kedatangan Rendes ke Sidikalang, Cinari sehari sebelumnya sudah berangkat ke Medan dan menunggu Rendes di Bandara Polonia Medan. Betapa terkejutnya Rendes, Cinari sudah menunggunya dengan penampilan yang terlihat berbeda dari sebelumnya, ia cantik dan berwibawa seperti penampilan seorang pejabat kantoran atau pejabat politik.
Bukan hanya Rendes, Cinari juga terkejut melihat mobil Rendes tergolong mobil mewah ukuran Sidikalang yang dipenuhi dengan 4 koper barang-barang berisi pakaian dan juga peralatan-peralatan kantor. Awalnya Cinari menduga mobil itu Rentalan tapi ketika ia melihat Rendes memberi uang supirnya untuk kembali ke Jakarta, Cinari meyakini bahwa mobil tersebut milik Rendes sendiri.
Sampai di Sidikalang sore hari, mereka langsung diajak menuju rumah yang dikontrak oleh Cinari yang telah di lengkap dengan sarana peralatan perkantoran. Dan lebih terkejut lagi ada dua kamar di rumah tersebut di tata menjadi kamar tidur lengkap dengan ranjang dan lemari-lemar pakaian.
Rendes : ini dua koper kasihkan sama Puhun dan Nampuhun di Rumahmu, satu koper berikan sama Puhun keluarga Renggur, dan ini pakian spesial untuk kamu dan sebaiknya kamu jangan banyak protes karna aku tak tau persis seleramu juga ukuran size badanmu, itu hanya tebak-tebakan saya aja pas dengan selera atau ukuranmu, jika kau senang pakai kalau tak senang kasihkan orang lain yang membutuhkan.
Cinari : Bang sebelum semua pemberian ini kami terima, tolong jelaskan siapa sebenarnya abang ini, kenapa begitu perhatian dengan keluarga kami, kenapa begitu perhatian dengan saya, kenapa mau mebersikah dan jiarah berdoa di makam kakek nenek saya ?
Rendes : Aku ini sahabatmu kan ? sahabat dari sepupumu Renggur kan ? apa salahnya saya berbuat untuk sahabat saya yang saya anggap penyambutan mereka sama saya selama ini cukup bersahabat melebihi keluarga sendiri, apakah saya salah ?
Cinari : Jujur bang saya bingung, jangankan saya jikapun abang diposisi saya pasti bingung, saya juga Sarjana Bang bisa menganalisa sesuatu dengan daya nalar dan bisa merasakan dengan feeling atau nurani saya sendiri.
Rendes : jadi menolak pemberian saya ?
Cinari : bukan menolak bang, hanya bingung saja, entah malaikat mana abang ini datang di kehidupan saya dan dikehidupan keluarga kami, oh ya bang dua koper pakaian itu untuk siapa lagi ?
Rendes : Untuk seseorang yang sama seperti kamu ?
Cinari : (spontan bingung) ooo ada perempuan lagi selain saya ? jadi perempuan mana bang yang mengena di hati abang, wah dua hati perempuan dipermainkan oleh abang ?
Rendes : Sugestimu meleset, perempuan itu akan segera kau kenal, semoga kau bisa bersahabat dengan dia.
Cinari : beru apa dia Bang ?
Rendes : beru Berutu.
Cinari : sempat cemburu tadi aku bang, sory ya bang.
Rendes : koq bisa cemburu, apa kita ini pacaran ?
Cinari : Nggak bisa pacaran tapi kekasih dihati aja kan nggak terlarang bang ?
Keesokan harinya langsung Rendes ke Salak menjumpai Rimpah, yang kebetulan Orang tua Rimpah dan Keluarga Namberunya lagi berkumpul, melihat kedatang Rendes, Rimpah langsung teriak, “ Bang Rendes datang .....!!!! “begitu teriaknya kegirangan. Rendes mungeluarkan dua koper pakaian dan menyerahkanna Tonga dan Namberunya.
Namberuna : tuhu ngo bangku en Turang (benarkah ini samaaku)
Rendes : Ia Namberu, satu untuk Tonga dirumah ini.
Namberuna : Lias ate Turang, mpalum ntedohko mi Turangku Jugul bage dos kidah rupa ndene Turang ( makasih, terobati kangenku sama Abangku kerna wajah kalian mirip).
Rendes : Turang Rimpah jangan ikut-ikutan ngetes baju-baju itu, kamu punya ada kutinggalkan di Sidikalang spesial buat turangku biar tambah cantik.
Langsung Rimpah memeluk Rendes turangnya dengan pelukan kasih sayang dan rasa persaudaraan, “makasih turang “ kata Rimpah.
Namberuna : Kami tak bisa membalas pemberianmu ini Turang, dari Tuhanlah kamu menerima balasnya, kiranya segala usahamu dan cita-citamu diberkati dan dikabulkan Tuhan.
Rendes : Maksih Namberu atas doa-doa nya, kiranya Doa Namberu dan Tonga dirumah ini di dengar Tuhan.
Keesokan harinya Rendes membawa Rimpah ke Sidikalang, disana sudah di tunggu Cinari. Cinari langsung menyalam Rimpah dan mengenalkan diri, mereka ini tak saling mengenal. Mereka langsung ke rumah yang dijadikan kantor parpol sambill duduk-duduk merka mulai berbicara.
Rendes : Cinari coba kau baca ini (menunjukan SK Mandat Parpol)
Cinari : Bgaimana bisa abang mendapatkan Mandat ini, kenapa dimandatkan samaku, kenapa ndak ke abang sendiri.
Rendes : kamu kan sudah janji, tak terlampau banyak protes, ikuti aja permainanku dalam berpolitik, undang semua teman-temanmu, tokoh masyarakat, cendikiawan, kita akan mengadakan Rapat Pembentukan DPC dan kamu nanti sebagai Ketua DPC Partai ini.
Cinari : Wah bang, aku ini belum pengalaman dalam politik, lagian kami ini miskin Bang, gimana bisa menggerakkan roda organisasi politik ?
Rendes : ya udah kalau kau menyangsikan kemampuanku, biar kualihkan ke orang lain, atau apa Turangku Rimpah siap menjadi DPRD ?
Cinari : Bang saya bukan menolak, siapa yang tak mau jadi anggota DPRD semua orang mau, tapi ini bagai memimpikan bulan jatuh dari langit.
Rendes : Percaya diri aja, feelingku berkata kamu bisa.
Cinari : ok bang aku harus optimis, tapi jangan sesalkan jika dikemudian hari kita gagal.
Rendes : Itu biasa dalam dunia politik, jangankan Politik sepasang anak manusia yang saling mencinta bisa dipaksa berpisah gara-gara faktor dendam keluarga.
Mendengar kata-kata itu Cinari dan Rimpah langsung berubah raut wajah dan mau ngomong secara serentak
Cinari : Jangan terus-terusan membawa-bawa kisah cinta Namberu saya Bang.
Rimpah : Jangan menyangkut pautkan kisah cinta Patuangku Bang, kalau kehadiranku merasa terganggu saya pulang aja ke Salak Bang.
Mendengar kata-kata Salak dan kisah keluarga yang sama, Cinari dan Rimpah saling memandang, saling bertanya dalam hati, apalagi kata-kata Rimpah pulang ke Salak. Rendes sengaja masuk ke kamar di kantornya ini dengan meninggalkan mereka berdua.
Cinari : Eda, apa maksudnya jangan menyangkutpautkan dengan kisah cinta Patuangku, apa Patua eda mempunyai kisah seperti itu, apa benar eda dari Salak ?
Rimpah : apa maksud Eda jangan terus-terusan membawa kisah cinta Namberuku, apa keluarga eda ada mengalami kisah cinta seperti itu ? ya benar saya dari Salak.
Mereka berdua saling diam dan saling bertanya dalam hati, mereka bingung dan ingin saling tau.
Rupanya Rendes sengaja menguping mendengar pembicaraan mereka berdua,dan kemudian dia duduk bersama mereka kembali.
Rendes : Sekiranya Cinari ,,, Namberumu yang kau tuduh di culik itu, laki-laki itu adalah Patua Rimpah, dan sebaliknya Turang Rimpah,,, sekiranya Patuamu yang lari itu, yang kau anggap udah meninggal di bunuh keluarga perempuan karna menurutmu mereka orang berada, ternyata perempuan itu adalah Namberu Cinari apakah kalian terus akan bermusuhan sekarang hingga ke anak cucu kalian kelak ?
Cinari : Tidaklah sama bang perasaan Kakek saya, orang tua saya dan saya selaku cucu, kalau saya tak mungkin dendam sedangkan Namberuku itu sendiri belum pernah kulihat, dia pergi waktu Bapak saya belum menikah.
Rimpah : Saya tidak ada rasa dendam, juga Bapak dan Namberuku di Salak tidak ada dendam, kecuali mungkin kakek saya.
Rendes : aku lupa Turang Rimpah, siapa nama Patuamu itu dan dengan siapa dia pacaran ?
Rimpah : kalau menurut cerita Bapakku, Saudara Bapakku itu bernama (sintabi unang melala babah) Jugul Rejeki dan perempuan itu orang Sidikalang ini anak orang kaya bernama Tinaly beru Tumangger.
Rona wajah Cinari spontan berubah, bukan karna rasa dendam, tapi tak mempercayai yang di depannya itu adalah keluarga dari pacar Namberunya.
Cinari : Eda, Tinaly itu adalah Namberuku, adik dari Bapakku.
Rendes : kenapa kalian tidak saling mencakar, saling menjambak, saling memaki atau sebaliknya kenapa kalian tak bersalaman saja tanda persahabatan agar keluarga yang kalian cari selama ini cepat kembali ?
Cinari dan Rimpah akhirnya bersalaman dan berpelukan, “ mudah-mudahan keluarga kita, orang yang kita cari selama ini dapat kita temukan kembali, kata Rimpah.
Rendes : karna kita mau terjun ke dunia politik praktis, karna kau Cinari harus sebagai Caleg No. 1 dari Partai ini dan harus menang, maka pertemuan kalian berdua ini, rahasia keluarga kalian ini jangan dibongkar dulu, baik Cinari maupun Rimpah jangan sekali-kali memberitahukan kepada orang tua kalian atau ke siapapun sebab itu bisa digunakan lawan politik kita sebagai Kampanye Hitam di masyarakat pemilih.
Cinari : ia bang, saya mengerti, tolong ya Eda untuk sementara ini cukup kita aja yang tau.
Rimpah : Baik eda, saya tak menceritakannya.
Dalam waktu satu bulan telah terbentuk Komposisi Personalia Pengurus DPC Kab Dairi Parpol tersebut yang definitif, Cinari diangkat sebagai Ketua Partai dan Rimpah sendiri diikutkan sebagai Pengurus Partai ditingkat Cabang, sedang Rendes sendiri tak masuk dalam kepengurusan partai dengan alasan Rendes faktor domisilinya sesuai dengan KTP berdomisli di Jakarta.
Dalam penyusunan Calon Legislativ, Cinari ditetapkan sebagai Calon No. Urut 1 dari satu Daerah Pemilihan (Dapil) di basis-basis keluarga besar Cinari sendiri, sedang Rimpah ditunjuk untuk sebagai Bendahara khusus membiayai kampanye si Cinari terlepas dari Bendahara Partai.
Awalnya Orang tua Cinari dan juga keluarga Tonganya bapak Renggur menganggap pencalonan itu hanya untung-untungan, mengingat keluarga mereka tak mempunyai uang yang cukup untuk mendurung suara pemilih.
Suatu saat, Rendes mengajak rapat keluarga di rumah Cinari sehubungan dengan upaya pemenangan Cinari. Rendes menerangkan strategi pemenangan dan anggaran biaya yang dibutuhkian. Betapa terkejutnya keluarga Cinari melihat anggaran biaya mencapai 400 juta.
“ Dari mana biaya sebesar ini, seluruh harta kamipun dijual belum tentu bisa 400 juta “kata Bapak Cinari. Jangan pikirkan biaya Puhun saya siap membiayainya, jangan dipikirkan masalah uang, kata Rendes, sontak semua bingung tak percaya, Bapak Cinari, Tonganya, seluruh keluarga besarnya, juga Cinari sendiri mulutnya menganga tak percaya.
“ bentar frend, dasar apa anda membiayai Turang saya, kenapa mau berkorban begitu besar sedang setau saya Silih dengan turang saya bukan pacaran hanya teman biasa, juga dana sebesar itu apa dari Silih sendiri “ kata Renggur sahabatnya waktu kuliah yang sebenarnya adalah keluarga dekatnya.
“ tenang saja Frend, saya mempunyai organisasi di Jakarta, organisasi ini khusus untuk orang-orang yang dipandang berprestasi, berkarya dan nantinya akan dijadikan sebagai Penasihat dalam Organisasi tersebut, sebahagian dananya dari sana sebagian dari saya “
“ tapi kenapa mau membantu turang saya ? “ tanya Renggur lagi ingin tau “ frend, kita ini sama-sama Sarjana harus postif thinking jangan negatif thinking, mana tau esok lusa hati kami berpaut, rasa cinta timbul, kita jadi Mersilih, apa kau brooo keberatan ? “ kata Rendes, sontak hati Cinari berbunga-bunga, angannya melayang, seakan dunia ini milik dia.
Tim sukses Cinari diatur Rendes dengan baik dan solit, semua dikasih uang jalan, apalagi Cinari memiliki keluarga besar di Sidikalang.
Rendes mengingat ada satu mobil adiknya CRV yang kuliah di Kedokteran UGM Jogja yang tidak dipakai, Rendes minta ibunya agar mobil adiknya di kirim ke Sidikalang, dalam waktu 2 minggu mobil tersebut sampai ke Sidikalang.
Cinari : ini mobil siapa punya bang ? kapan datangnya Bang ?
Rendes : seorang calon harus berpenampilkan bonafide, harus terlihat cantik, berpakaian hormat tapi anggun, jangan naik speda motor, jadi mobil ini khusus kudatangkan untuk kamu dari Jakarta.
Cinari : Bang ..!!!! sungguh-sungguh aku bingung, kenapa abang begitu perhatian samaku, kenapa mau berkorban dan menjadikan aku perempuan terhormat, brepenampilan bonafide, kenapa Bang ?
Rendes : biasa aja Impal, namanya permainan politik.
Cinari : Ini terlepas dari politik bang, ini menyangkut hati, manusia mana di dunia ini tak bingung atas kebaikan abang, aku ini hanya sahabat abang bukan pacar bang, kenapa abang mau berkorban ?
Rendes : jangan perasaan terus, pikirkan masalah penggarapan massa
Cinari : tiap malam aku sulit tidur Bang, wajah abang, kebaikan abang, perlakuan abang selalu datang di angan khayalku, sekiranyalah abang itu menembak aku, menjadikan aku pacar abang mungkin aku bisa menjawab semua teka-teki ini ?
Rendes : saat ini aku belum mempunyai perasaan sama kamu, entahlah kalau kau udah DPRD, jadi kalau kau senang sama aku, atau cinta aku, berusahalah untuk tak mengecewakan aku.
Cinari : Bagaimana caranya bang
Rendes : Berusahalah untuk kau duduk di DPRD Dairi.
Mulai saat itu Cinari sudah naik mobil sendiri, ia kelihatan sangat berwibawa, berbicarapun kedengaran tambah intelek dan politis, ia tak mau mengecewakan peluang masa depan itu, ia tak mau mengecewakan Rendes, demi perasaanya sama Rendes mungkin saat ini telah berubah dengan rasa cinta ia bertekad harus duduk di DPRD Dairi.
Melihat Rendes telah mengeluarkan uang yang begitu banyak, Orangtua Cinari mengupayakan uang juga secara diam-diam dibantu dari keluarga adiknya bapak Renggur hingga bisa mencapai 75 juta, uang ini digunakan untuk mencari suara pemilih.
Tak sia-sia usaha Rendes, hasil perhitungan suara di KPU seusai pemilihan Cinari ditetapkan sebagai salah satu Caleg terpilih, dan hebatnya lagi Cinari adalah Caleg yang memperoleh suara terbanyak ke tiga dari seluruh Caleg yang terpilih. Dari Partainya sendiri berhasil mendudukkan Calegnya dua orang dari dapil yang berbeda.
Setalah penetapan dari KPU yang menyatakan Cinari telah resmi terpilih sebagai anggota DPRD tinggal menunggu pelantikan atau pengangkatan sumpah, semua teman-teman, Tim sukses, juga banyak Pejabat Dairi menyalami serta memberi ucapan selamat sama Cinari.




Tapi aneh, seminggu sebelum pengumuman Resmi KPU, Rendes dan Rimpah kembali ke Salak tanpa sepengetahuan Cinari, bahkan nomor-nomor HP Rendes dan Rimpah semua di ganti, selesai dari Salak mereka langsung ke Medan untuk mengikut sertakan Rimpah Bibingan Test untuk test ke Perguruan Tinggi Negeri, Cinari merasa kebingungan, mencari keliling kota Sidikalang ia tak menemukan Rendes dan Rimpah, seluruh keluarganyapun telah berusaha untuk mencari tapi tak ditemukan dimana mereka.



Foto Kristin Masehathena Berutu sbg ilustrasi



Setelah semingu penetapan KPU, dari Medan Rimpah menelepon dangan nomor HP yang berbeda
Rimpah : Halo Eda
Cinari : Halo eda dimana kalian, dimana Bang Rendes.
Rimpah : Maaf Eda, meski terlambat tak apala ya Eda, selamat ya Eda udah jadi anggota DPRD
Cinari : Makasih eda atas ucapannya, mana Bang Rendes Eda ?
Rimpah : Abang berpesan agar menyampaikan ucapan selamat untuk eda, kata Abang “Selamat Eda udah terpilih, abang begitu bangga “
Cinari : ia, tapi dimana dia, kenapa Abang tak meneleponku langsung kenapa lewat perantara, apakah Bang Rendes ada marah samaku Eda ? tolong eda, aku yakin dia ada sama eda aku mau bicara. (HP dikasih sama Rendes)
Rendes : Selamat ya Cinari, udah terpilih, aku bangga sama kamu, sekarang ada DPRku.
Cinari : Bang ,,, apa abang tau berapa banyak tiap malam air mata jatuh dari mataku menangisi abang, betapa aku tersiksanya mencari Abang, kenapa pergi tanpa pamit samaku bang, apa ada perbuatan saya yang salah ?
Rendes : Tugasku udah selesai, kamu udah DPR, semoga kau bisa berkarya, berbuat yang terbaik di masyarakat khususnya masyarakat suku kita Pakpak.
Cianri : Persetan dengan DPR ini bang, yang kuinginkan Abang, aku tak menuntut abang jadi pacarku aku hanya ingin mengucapkan terima kasih sama Abang, aku berpikir Bang apakah aku harus mundur sebagai anggota DPR supaya abang puas.
Rendes : Jangan berpikiran sempit sayang, aku banyak urusan, aku mau ngurus Rimpah untuk ikut Bimbingan Test di Medan, aku ingin dia berhasil jadi Sarjana seperti kamu, nanti aku bawa dia ke Jakarta.
Cinari : kenapa aku tak kau bawa bang, tolonglah bang jangan buat aku terus-terusan menangis, datanglah Bang, dimana abang sekarang aku mau datang sekarang juga ketempat abang.
Rendes : jangan, sore ini aku langsung ke Jakarta udah lama tak kulihat kantorku, aku mau menata kantor konsultanku kembali.
Sambil menangis Cinari berkata
Cinari : datanglah bang kemari, aku rindu sama abang, tolong bang ....
Rendes : ok nanti waktu pelantikanmu, pasti saya datang.



" Ini foto Pengarang Cerita juga sbg ilustrasi "


Seminggu sebelum Pelantikan Orang tua Cinari sudah merancang acara pesta besar-besaran, bukan hanya pesta atas terpilihnya putrinya sebagai DPR tapi lebih sabagai pesta ucapan selamat kepada Rendes.

Dua hari menjelang Pelantikan Cinari tambah kebingungan, semua orang ditelepon untuk memastikan kehadiran Rendes di acara pelantikan tersebut, betapa malunya aku dan keluargaku jika Bang Rendes tak datang, pikir Cinari berlinang air mata.

Keesokan harinya sehari sebelum Pelantikan Cinari pergi jiarah kekuburan Kakek Neneknya, tapi betapa terkejut Cinari disana ada berdoa Rendes dengan seorang perempuan.

Langsung Cinari mendekat, “ ooo karna abang udah punya tunangan ya maka langsung pergi tanpa pamit amaku ya Bang, akupun sadar Bang aku tak mungkin jadi pacarmu, tapi kenapa mau membantu aku, kenapa menjadikan aku DPR sementara abang sudah punya pacar, apakah abang punya saudara perempuan ? kalau ada tanya saudara abang itu, jika keadaan ini terjadi pada dia apakah dia bahagia atau tersiksa bathinnya “: katanya sambil merlinang air mata.

Rendes tak menanggapinya “ berdoalah di makam Nenek Kakek ini karna kau telah berhasil, besok aku hadir di acara pelantikanmu, dan jika ada acara keluarga kalian adakan saya juga akan hadir “
“ Terima kasih bang abang berkenan hadir, aku dan seluruh keluargaku membuat pesta besar-besaran seusai acara pelantikan yang bukan hanya untukaku tapi untuk abang sendiri “
“ ok saya senang mendengarnya, saya besok akan datang” , kata Rendes.

Mungkin karna Rendes bersama seorang perempuan lain, malamnya ia tak berusaha mencari Rendes, ia merasa perasaan cintanya sama Rendes harus terpendam untuk selamanya karna sesungguhnya dihatinya telah menggebu-gebu perasan cinta dan sayang sama Rendes.

Keesokan harinya dalam acara pelantikan, terlihat duduk Rendes diapit oleh Rimpah dan seorang lagi perempuan yang begitu cantik seperti bintang film. Seusai pelantikan nampak berjejer para anggota DPRD yang baru dilantik menerima salaman dari para tamu undangan.

Terlihat Rendes dan kedua perempuan menuju kedepan untuk bersalaman memberi ucapan selamat. Rimpah bersalam dengan Cinari sambil berpelukan dan terdengar Cinari menangis sesenggukan, selanjutnya perempun itu dan pada giliran Rendes, sambil bersalaman,

Saat Rendes menayalam Cinari memberikan ucapan selamat, “ Cinari berkata ingin aku memelukmu bang tapi aku takut kakak ini cemburu “
Kali ini bukan Cinari yang memluknya tapi Rendes memeluk dan mencium kening Cinari tanpa memperdulikan tatapan mata seluruh tamu undangan “ Selamat, jangan ada lagi air mata “ kata Rendes sambil berlalu.

Usai pelantikan langsung Rendes bersama Rimpah dan perempuan yang dibawa rendes datang ke acara Cinari dan duduk berdampingan, disana sudah banyak keluarga berkumpul menunggu Cinari yang baru dilantik, juga banyak yang penasaran ingin mengenal Rendes yang dimata mereka sebagai Dewa Penolong.
Dalam acara pesta ini, sebagaimana tradisi Suku Pakpak setelah makan bersama, mulai orang tua Cinari memberikan kata sambutan para tamu sekaligus mengucapkan terima kasih sama Rendes, diikuti Orang Tua Renggur.

Saat Cinari memberikan sepatah kata “ ia menangis terharu dan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada Rendes yang telah menjadikannya sebagai DPR, saya tak bisa membalasnya Tuhan yang membalas berlipat ganda sama Abang, kata Cinari.

Tiba saatnya giliran Rendes menyampaikan sepatah kata, mic pengeras suara di berikan Rendes sama perempuan yang dibawanya ke acara pelantikan tersebut, perempuan itu memberikan kata sambutan.

Saya mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menyampiakan sepatah kata dalam acara yang berbahagia ini.

Perkenalkan Nama saya Eva Racut beru Berutu, jadi maaf Eda Cinari aku ini bukan pacar Bang Rendes sebagaimana dikatakan kakak di Makam Kakek Nenekku kemarin ( mendengar kata kakek nenekku Cinari jadi bingung),
Saya juga baru berbahagia seperti Kak Cinari, bulan yang lalu saya di Wisuda sebagai Dokter dari UGM Jogja jadi sekarang saya adalah dr. Eva Racut beru Berutu.
Inilah moment yang menentukan bagi keluarga kami, bisa acara ini membuahkan senyuman atau tangisan yang tak berkesudahan karna keegoisan kita manusia, karna kekurang pahaman kita atas suatu masalah. ( semua undangan terdiam serius mendengar kata-kata Eva apalagi dengan menyebut keluarganya).
Jika keluarga ini punya rasa kerinduan, mengenyampingkan selisih paham masa silam, saling memaafkan maka ini adalah pertemuan yang membahagiakan dalam keluarga kami tapi jika tidak maka kami terus hidup di dunia keterasingan, dan kami dari keturunan orang tua kami harus menangis meneteskan air mata kesedihan.
Saya mewakili keluarga kami, Bang Rendes sebagai Anak kebanggaan Ibuku, saya selaku Putri satu satunya dari Bapak kami bernama JUGUL REJEKI BERUTU dan Ibu saya TINALY br TUMANGGER menyampaikan ucapan selamat sama edaku, impal Turangku Rendes yang hari ini sedang berbahagia dilantik sebagai Wakil Rakyat.

Saya perkenalkan juga Rimpah Berutu yang selama ini ikut bersama kalian, adalah adik sepupuku Putri dari Tongangku, Putri dari adik kandung Bapakku di Salak.
(Rimpah terkejut bahwa yang selama ini dipandang sebagai malaikat ternayata benar adalah Abang Sepupunya, semua jadi terpelongo termasuk Cinari tak percaya bahwa Rendes adalah Impalnya )
Saya mengharapkan keluarga ini dapat menerima keluarga kami, keluarga ini juga dapat menerima Keluarga Tonga dan Namberu di Salak dalam suasana damai penuh kekeluargaan.
Kiranya kata-kata ini di dengar oleh Tuhan dari sorga.
Mendengar kata-kata itu, langsung Bapak Cinari, Bapak Rendes, Rimpah semua berpelukan, semua menangis, tak lagi sungkan si Cinari memeluk Rendes tak lepas-lepas, semua berbahagia haru yang tak lagi mengingat dendam masa silam dari kakek nenek mereka.
Sekarang teleponkan saya dengan Bapakmu, aku mau telepon dia itu dulu teman satu perjuanganku waktu kuliah di Medan, aku mau bicara sama Turangku si Tinaly, dimana mereka sekarang, kata Bapak Cinari
Langsung Eva Racut mengambil pengeras suara, “ Bapak dan Ibu kami, calon Mertua edangku Cinari jika Tuhan mengkehendaki, mulai kemarin sudah berada di Sidikalang ini, mereka menginginkan ikut serta dalam acara Pelantika tadi, tapi mereka tak mau merusak suasana pelantikan mana tau kehadiaran Orang tua kami diacara itu kurang berkenan di keluarga ini”
Mendengar kata Calon Mertua perasaan Cinari langsung berbunga-bunga sepontan dia mengambil Mik Pengeras suara dan menarik saudara sepupunya Renggur berdiri bersama
“ Saya Cinari beru Tumangger mewakili keluarga Pungguh Tumangger, dan Bang Renggur mewakili keluarga Tongcap Tumangger mengatakan, pintu rumah kami terbuka untuk kedatangan keluarga Namberu dan Mamberuku beserta seluruh keturanannya, jikapun dulu kakek nenek kita ada selisih pendapat itu hanya sebatas Kakek Nenek, generasi Bapak kami dan generasi kami sekarang ini adalah generasi cinta damai, kami tak pernah mengetaui permasalahan itu dan tak perlu mengetahuinya, kalian adalah keluarga kami berdasarkan hubungan darah dan hubungan perkawinan.
Melalui pengeras suara Eva Racut kembali menjawab dengan linangan air mata seperti orang berdoa berkata :
Trima kasih Tuhan,,,, Engaku telah memberikan ibu dan bapakku cahaya kehidupan baru, Engkau telah membukakan pintu hati yang selama ini tertutup, Engkau telah memberikan ibuku dan bapakku suatu kebahagiaan, biarlah ibuku meneteskan air mata haru karena mereka akan bahagia, biarlah tetesan air mata Ibu dan Bapak kami sebagai lem perekat tali kasih yang terputus selama ini, betapa bahagianya kedua orang tuaku mendengar berita ini.
Tuhan, demi merajut kembali hubungan tali kasih keluarga kami di Sidikalang, di Salak dan dengan kami di Jakarta, persatukanlah Tuhan Abangku Rendes dengan Edangku Cinari dalam kasih, dalam cinta, persatukan mereka Tuhan dalam Ikatan Perkawinan. Kata Eva Racut.
Melalui pengeras suara kembali Cinari bertanya
Eva edangku, kau adalah Dokter jiwa kami, aku dan seluruh keluarga begitu terharu, aku begitu bahagia mendengar doa pengharapan Eda, kiranya doa permohonan Eda itu di dengar Tuhan, aku juga berdoa Semoga Impalku Rendes membukakan pintu hatinya untukku, kiranya memberikan rasa cintanya semaku sebagaimana selama ini secara diam-diam aku mencintainya.
Edaku Eva Racut, jangan biarkan rumah kami terlampau lama terbuka, kami sudah tak sabar lagi menunggu Ibu kami, Namberu dan Namberu kami datang di rumah kami ini, dirumah kula-kulanya ini, ingin kami tahu dimana mereka sekarang, dimana mereka di Sidikalang ini agar kami menjemputnya, kata Cinari
Edaku Cinari, menurut pengajaran Bapak Ibu kami, dalam adat Pakpak bukan Kula-kula mendatangi berru karna kula-kula adalah Raja, tapi berrulah yang mendatangi kula-kula agar beru di pasu-pasu kula-kula, orang tua kami tak mau melanggar adat yang diajarkan leluhur kita Pakpak.
Jika Eda Cinari menyenangi turangku, jika Eda mencintai Turangku Rendes, dengarlah gambaran ini, bagaimana kerinduan seorang wanita, kerinduan seorang saudara, kerinduan seorang Ibu ingin bertemu, bersama kembali, ingin memeluk saudaranya yang telah lama berpisah, dari semenjak acara ini dimulai jantung ibuku berdetak harap, tak sabar menunggu berita dari kami atas pertemuan ini, ia bertahan mengurung diri sendiri hanya untuk menunggu berita yang membahagiakan ini, aku tak bisa membayangkan berapa panjang doa ibuku, berapa banyak air mata yang menetes.
Edangku Cinari, mungkin kaulah dipilih Tuhan sebagai perajut tali kasih yang teruputus ini, maka bukalah pintu mobil hitam diseberang jalan sana, papahlah Calon Bapak Ibu mertuamu, bawa kemari untuk berpelukan dengan saudara-saudaranya, untuk dipasu-pasu kula-kulanya.
Tanpa pikir panjang Cinari langsung berlari keseberang jalan mencari mobil berwarna hitam, setelah dibuka Cinari keluarlah sepasang suami istri, orang tua Rendes dan Eva, Namberu Cinari, saudara Bapak Cinari dan Bapak Renggur.
Mereka berpelukan sambil menangis, tak kuasa Bapak Cinari dan Istrinya, Bapak Renggur dan Istrinya, juga Rimpah putri saudaranya berlari keseberang jalan sambil berpelukan, menangis melepaskan rindu.
Entah berapa lama mereka berpelukan bahagia di Jalan Raya penguhubung Sidikalang Medan itu, banyak sudah berjejer kenderaan tak bisa lewat, tapi mereka semua seakan ikut berbahagia menyaksikan pertemuan keluarga yang telah lama berpisah ini.
Tak ketinggalan Rimpah langsung menginformasikan berita ini ke Salak, agar diadakan upacara adat besar-besaran di Salak menyambut kedatangan Keluarga Patua-nya yang selama ini dianggap telah hilang.
Acara di Salak dilakukan secara meriah, Rendes menyuruh Rimpah duluan ke Salak, dan mengatakan seluruh biaya ditanggung oleh Rendes dan menyuruh keluarga di Salak melaksanakan pesta adat yang sebesar-besarnya.
Seluruh keluarga Cinari, keluarga Renggur sama-sama ke Salak, dan mereka disambut meriah seluruh masyarakat Salak sesuai dengan adat Pakpak.



Cinari kini sudah sebagai Anggota DPRD Kabupaten Dairi, suatu jabatan yang bergengsi yang tak pernah di angan-angankan sebelumnya, terkadang perasaan Cinari bagai mimpi, Jabatan Politis yang membutuhkan dana yang besar untuk mendapatkannya benar-benar sudah didudukinya, ia juga memiliki mobil pribadi yang dulu didatangkan Rendes dari Jakarta masa kampanye, layak dan beralsan Cinari sangat mencintai Rendes karna disamping kegagahan dan keramahan juga jasanya terhadap Cinari.
Sebelum Rendes dan keluarganya kembali ke Jakarta, dua sejoli Rendes dan Cinari bak Romeo & Juliet satu pasangan yang serasi baik dari penampilan, juga profesi masing-masing sangat membanggakan antara Konsultan Perencana & Pengawas dengan Anggota DPRD, selama Rendes di Salak dan Sidikalang selalu jalan bersama, bergandeng mesra dan saling menyapa dengan sanjungan dan pujian.
Kata cinta telah terlontar dari mulut Rendes dan cinta itu gayung bersambut diterima Cinari, berbagai rencana masa depan telah dirancang, setiap perjumpaan pasti disertai dengan kecupan masra di kening Cinari juga saat berpisah, senyuman, canda ria selalu menghiasi hubungan mereka, dunia terasa begitu indah, burung-burungpun seakan ikut bersenandung saling menyapa membentuk irama romantika, alampun menyumbang mengirim semilirnya untuk penyejuk cinta mereka.


Sehari sebelum Rendes dan keluarganya kembali ke Jakarta, Rendes dan kekasihnya Cinari jalan-jalan ke Taman Wisata Iman Sidikalang, mereka begitu mesra bercerita
Rendes : Ibuku pernah berpesan, jika Puhunmu di Sidikalang mempunyai anak perempuan itu adalah impalmu, jika kau menyayanginya dia adalah jodohmu, kami tak akan pernah memaksa kau mengawini jika kau tak menyukainya sebab kau adalah Nahkoda di bahtera rumah tanggamu sendiri, menurutmu kata-kata Ibuku ini gimana Impal ?
Cinari : Kenapa harus menanya pendapatku lagi Bang, apa kata-kata Namberu itu belum jelas, abang sudah menembakku, sudah mengutarakan cinta samaku, aku juga sudah menyatakan menerima cinta abang, ya menurutku kita berjodoh dan sebaiknya jangan terlampau lama lagi.
Rendes : Ketika kamu belum jadi DPR pergaulanmu adalah orang seperti dirimu sesama pengangguran, sekarang kamu sudah DPR maka cara pandang, penampilan, gaya berbicara, cara menganalisa akan berubah juga pergaulanpun berubah, yang mungkin dulu Rendes dimatamu datang bagai Pahlawan sekarang apalagi nanti bisa kau berpandangan lain bahkan bisa jadi kau melupakan aku, itu sangat rational.
Cinari : Bang kenapa kata-kata itu keluar Bang ? dulu abang bilang sama Renggur bahwa kita harus positiv thinking menghadapi suatu masalah sekarang dan akan datang, waktu abang menyalam aku di acara pelantikan mengatakan " jangan ada lagi air mata " , kenapa abang sekarang dengan sengaja mengundang air mata sedihku, kenapa bukan air mata bahagia Bang.
Rendes : Aku hanya menduga-duga karna segalanya bisa berubah.
Cinari : Benar Jabatan DPR ini sangat bergengsi, terhormat, bisa mengangkat harkat dan derajat keluargaku, pandangan ini sangat universal secara logika, namun Jabatan ini ada kerna kau Impal hingga mimpiku jatuh bulan dari langit jadi nyata, jujur saya berkata Kau Impal lebih berharga, lebih kusayang diatas segalanya termasuk Jabatan DPRD ini, abang perlu mengetahui terlepas dari hubungan kita merimpal kandung, ketika aku dulu mengatakan kangen sama abang dan rasa kangenku lain dari perasaan-perasaan lain yang terjadi sebelum abang, padahal aku kangen ketika itu kita belum berpacaran, disaat itu benih-benih cinta itu sudah ada dan terus berkembang yang pada akhirnya benar-benar cinta sama abang.
Rendes : Jangan terlampau dalam membahasnya aku sekedar menduga-duga koq
Cinari : biar abang tau, aku wanita yang paling sulit jatuh cinta, sulit mencintai orang, aku bukan wanita pembohong, materialistis, gila jabatan, aku sangat jujur pada diriku, ketika akal sehatku tak bisa menjawab selalau nuraniku memberi jawaban, aku tidak bangga pada jabatan ini tapi aku jadi bangga kerna Impalku ada di hatiku. Percayalah Abang mulai hari itu, hari ini dan selamanya tidak akan berubah, kalau abang tak percaya datangkan Persinabulimu (Perkata-kata = pembicara adat perkawinan ) ke orang tuaku untuk merkata tokor berru, aku sekarang juga siap di pasu-pasu, dinikahkan, di adatkan jadi istrimu.
Rendes : Berkaryalah dulu, berkerja dan berjuanglah menjembatani aspirasi masyarakat ke Pemerintah khususnya kita Pakpak dalam kedudukanmu sebagai wakil rakyat, arahkan mata pandangmu ke penderitaan masyarakatmu, gunakan telingamu untuk mendengar jeritan mereka, gunakan pemikiranmu mencari solusinya, langkahkan kakimu mendatangi mereka dan berbuatlah dengan tanganmu agar mereka bisa tersenyum, agar aku bisa tersenyum karna upayaku menjadikan dirimu jadi wakil rakyat tak sia-sia. Soal perkawinan kita tunggu sampai benar-benar kita saling mencintai, saling merindukan, saling dewasa dalam segala hal, dan kau harus mempercayiku sebagaimana aku mempercayaimu meskipun aku tak disampingmu.
Sesuai janjinya, selesai seluruh acara adat di Salak keluarga Rendes memboyong Rimpah (sepupu Rendes, putri Tonganya ) ke Jakarta untuk mengikuti Test ke Perguruan Tinggi Negeri.
Rimpah benar-benar bagi emas terbuang dikubangan lupur, meskipun di selimuti lumpur ia tetap emas yang berharga, ketika ia ditemukan dari kubangan lumpur kemiskinan, dibersihkan maka ia akan bercayaha memacarkan keindahan.
Rimpah adalah anak cerdas yang bryliand, IQ nya melebihi manusia rata-rata, semua materi bimbingan test dipecahkan sampai tuntas, tiada hari bagi dia selain membaca dan belajar, ia manusia kutu buku.
Rimpah tinggal di rumah Patuanya Parendes, Parendes dan Narendes sangat menyayangi dia, Rimpah diperlakukan sama dengan Eva dan Rendes, begitu dimanja seolah-olah ia bagai anak kandung keluarga Parendes.
Narendes : kau mau daftar di Fakultas apa nanti Nang ( panggilan manja bagi anak perempuan)
Rimpah : Aku di Fakultas Pertanian UI aja bu.
Narendes : kenapa tak di Kedokteran, kau pikir Patua dan Nantuamu ndak sanggup mengkuliahkan kamu Nang ?
Rimpah : Dari kecil aku bercita-cita jadi Sarjana Pertanian.
Parendes : Kenapa kau bercita-cita jadi Sarajana Pertanian ?
Rimpah : saya bercita-cita ingin meningkatkan usaha pertanian para Petani di Pakpak Bharat yang mayoritas penduduknya adalah petani.
Parendes : Wah aku Patuamu terharu bangga mendengar kata-katamu Nang, ini baru beru Pakpak yang punya cita-cita mulia yang tidak hanya mengejar harta dan jabatan, kami akan dukung kamu, apa saja keperluanmu jangan sungkan-sungkan mengasih tau ya Nang.
Eva Racut : Rim ,,, kamu kan udah setahun nganggur, masih ingatkah kau pelajaran, persaingan sangat ketat lho di UI ?
Rimpah : Itu yang saya tak bisa tau kak, tapi Bang Rendes kan sudah mengikutkan aku Bimbingan test di Medan, selama ini aku belajar terus koq, tapi kalau ada lagi buku-buku Bimbingan Test tolong dicarikan untuk aku ya Kak.
Eva Racut : ok besok kakak cari di Toko-Toko Buku
Mungkin karna sayangnya Narendes sama Rimpah ia membuat usul yang lain
Narendes : Parendes ... gimana kalau coba-coba dekati Panitia Seleksi mana tau bisa diatur ?
Rimpah : Jangan bu,,,, saya tak mau, kalau jabatan bisa dibeli tapi ilmu pengetahuan pantang di beli, ilmu pengetahuan harus kita pandang sebagai yang sakral dan harus kita pelajari sendiri bukan melalui permainan curang, yakinlah bu berumu (putrimu) ini bisa berkompetisi, aku dulu Juara I di SMA Negeri Salak, lulus bebas tes ke Fak Pertanian UGM tapi karna biaya tak ada aku tak kuliah.
Mendengar kata-kata Rimpah ini semua tercengang, karna kepolosan, kejujuran dia mendefinisikan ilmu pengetahuan, hingga timbul keyakinan mereka Rimpah akan bisa lulus test di UI Jakarta.
Rendes : hebat kau turang, kau Putri Pakpak yang cerdas, kau hebat seperti kakakmu Eva Racut bisa lulus dengan murni di Kedokteran UGM dan sekarang sudah jadi Dokter.
Eva Racut : Muji adek sendiri nich ceritanya bang ? puji dong calon edaku Cinari, hehehe
Narendes : oh ya Pah, apakah kau dan Cinari sudah merencanakan waktu pernikahan kalian ? jangan lama-lama lho, nanti diambil orang impalmu itu ...?
Rendes : Nant-nanti aja kita bahas itu Mak, aku masih menikmati masa lajangku ini.
Langsung Rendes meninggalkan mereka dari maja makan dan masuk kekamarnya.
Benar kata-kata Rimpah, hasil pengumuman seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru UI Rimpah diterima di Fakultas Pertanian UI Jakarta.
Mendengar berita lulusnya si Rimpah langsung Narendes membeilkan mobil avanza sama Rimpah,
Narendes : ini spesial mobil ibu belikan untuk kau Rimpah, kau kursus dulu belajar bawa mobil, setelah kau merasa mahir bawa mobil baru kau bisa stir sendiri, sekarang harus pakai supir pribadi.
Rimpah : wah bu mobil itu kan mahal, biar aja bu aku naik bis ke Kampus.
Narendes : jangan melawan Ibu, tapi ingat mobil ini kau gunakan bukan untuk bergaya-gaya, mobil ini kau gunakan benar-benar sebagai sarana transportasimu agar kau bisa datang tepat waktu tak terlambat, juga memacu semangatmu untuk lebih giat belajar.
Dari semanjak Semester II sudah terlihat benih-benih kecerdasan Rimpah di Fakultasnya, ketika ada peluang bertanya diberikan dosen pada mahasiswa selalu digunakan Rimpah untuk bertanya, pertanyaan-pertanyaanya sangat berbobot dan intelek, terkadang pertanyaanya menggabungkan Ilmu Pertanian dengan Ilmu-Ilmu ekonomi dan berbagai disiplin ilmu lainnya. Banyak dosen yang menaruh simpati dan kagum melihat kecerdasan Rimpah dalam mengajukan pertanyaan, yang terkadang diawali dengan suatu tiori diluar Ilmu pertanian hingga fokus pada pokok permasalahan, akibatnya banyak dosen memberikan perhatian khusus sama dia.
Di sela-sela waktunya belajar di rumah, Rimpah punya kegemaran membuat karya tulis ilmiah atau artikel baik menyangkut Pertanian maupun menyangkut sejarah, ekonomi, kehutanan, juga mengenai peradaban suku Pakpak. Seluruh artikelnya di masukkan dalam suatu file di playdiscnya ada juga tersimpan di memori laptopnya.
Memang kebanyakan artikel-artikelnya hanya mendasarkan pada tiori-tiori para Pakar, dan data yang digunakan hanya berdasarkan riset literatur bukan atas data yang langsung diriset ke lapangan, tapi dalam teknik penyajian artikel, penggunaan kata-kata yang ilmiah dan populer, permasalahan,hypotesa dan pengulasan masalah tak kalah dengan para penulis-penulis artikel atau makalah di berbagai media massa cetak.
Seluruh artikel-artikelnya setiap ada waktu di evaluasi dan di edit sesuai dengan tingkat pengetahuannya di kampus dan wawasannya dalam menelaah suatu permasalahan. Jika ia membaca buku-buku yang baru baik menyangkut Ilmu Pertanian atau Ilmu-ilmu lainnya selalu digunakan menyempurnakan seluruh artikel-artikelnya.
Ketika dia di Semester III sudah banyak mengambil mata kuliah semester V dan ketika dia di Semester IV sudah banyak mengambil mata kuliah di Semester VI, semua lulus dengan Nilai A ada juga beberap mata kuliah Nilai B tidak ada satu mata kuliahpun mendapatkan nilai C, memang benar-benar IQ Rimpah melebihi IQ manusia rata-rata, ia adalah manusia yang sangat cerdas, mampu menghafal dengan jumlah yang banyak, mampu menganalisa, bahkan mampu membuat suatu opini yang bersifat ilmiah yang terkadang menurut Dosennya dianggab sebagai Tiori baru.
Ketika ia sudah Semester VI semua artikelnya benar-benar sudah di edit dengan bagus, setiap artikel didukung oleh berbagai Pendapat para Ahli, dengan doktrin-doktrin, juga dengan filsafat, artikel-artikelnya sangat ilmiah dan bisa diperdebatkan secara akademisi.
Suatu saat selesai serapan pagi Rimpah buru-buru berangkat ke Kampusnya, Rimpah memburu waktu karna ia adalah ketua kelompok dalam suatu dialog terbuka yang di selenggarakan di Fakultasnya, diikuti oleh berbagi Kelompok dari berbagai Perguruan Tinggi Fakultas Pertanian se Jabodetabek, Rimpah yang di tunjuk oleh Fakultasnya sebagai Ketua Kelompok mewakili Fakultas Pertanian UI.
karena begitu terburu-buru playdisknya ketinggalan diatas meja, mungkin karna bentuk dan warna playsdisk tersebut sama Rendes langsung mengantongi dan membawa ke kantornya. Ketika Playdisc tersebut dibuka Rendes betapa ia terkejut hampir dua puluh judul artikel karya ilmiah Rimpah terpampang di layar monitor laptopnya. Rendes membuka satu-satu artikel-artikel tersebut betapa ia tercengang tak percaya bahwa itu karya adik sepupunya Rimpah, ia manggut-manggut kagum dan hanya satu kata yang keluar di pemikirannya " memang benar-benar otakmu berilian turang, kau manusia hebat "
Karna kemarin malam ia sempat mendengar Rimpah mau melakukan debat terbuka di Campusnya, Rendes setelah mengcopi seluruh artikel tersebut langsung meluncur ke Kampus UI mengantar Playdisc tersebut mana tau di perlukan, pikir Rendes.
Memang Rimpah kelihatan kelimpungan karna Plysdisknya tercecer, ia mencari sela-sela di tasnya, di mobilnya tapi tak ada. Rimpah terkejut ketika Abangnya Rendes menyapanya.
Rendes : " Heiii turangku yang briliand ... ini playdiskmu, maka itu hati-hati "
Rimpah : Katemu dimana tadi Bang, kenapa bilang aku Briliand, muji adik sendiri lagi bang ?
Rendes : Ini bukan sekedar pujian, tapi kamu benar-benar briliand, tak sia-sia aku membawamu dari Kampung, abang bangga dan kagum , debatlah semua mereka itu dengan ilmu pengetahuanmu, tunjukkan pada dunia bahwa Putri Pakpak itu adalah cerdas, abang berharap itu terjadi, ok Abang pulang dulu
Langsung Rendes mencium kening adiknya, dan kembali ke kantornya dengan begitu kagumnya, karna Rendes juga Mahasiswa yang cerdas dulu di kampusnya yang sangat menghargai ilmu pengetahuan namun ia mengakui dirinya tak secerdas Rimpah.
Sudah lebih 3 tahun hubungan cinta Rendes dengan Cinari belum juga ada tanda-tanda untuk melangsungkan perkawinan, setiap Cinari mengadakan kunjungan kerja ke Jakarta pasti ia menginap di rumah Rendes, juga komunikasi lewat HP dan Facebook tetap lancar, namun ketika Cinari merengek untuk segera melangsungkan pernikahan selalu di tolak Rendes dengan halus, dan berdalih belum waktunya, masih perlu penjejakan diantara keduanya, bahkan belakang ini mulai agak jarang berkomunikasi lewat HP karna memang benar-benar Rendes sedang menangani satu Perencanaan Proyek Raksasa di Jakarta.
Malam hari Rendes memberikan sebuah Playdisk sama turangnya dr. Eva Rcut yang isinya file-file artikel, " coba kamu buka ini, tapi kamu harus secara intelek dan ilmiah menanggapinya, katakan bagus dan berbobot jika benar, katakan tidak kalau tak berbobat " katanya, " file apa sich bang koq serius banget " kata turangnya Eva Racut, namun Rendes tak menjawabnya.
Ketika file-file di buka di laptopnya betap terkejud Dokter Muda ini, terpampang artikel-artikel atas nama Rimpah br Berutu selaku Penulis, Mahasiswi Fak Pertanian UI.Eva mencoba membaca materi dalam suatu judul artikel, begitu bagus pemaparan, penyajian masalah dan data, analisa data dihubungkan tiori-tiori para Pakar, bagaimana opini penulis hingga ia membuat suatu hypotesa yang cukup rational, Eva hanya manggut-manggut tersenyum kagum sama penulis " kalau adikku Rimpah benar Penulisnya ini harus kuakui dia manusia brilian, masih usia belia begina, masih Semester VI sudah kakap karya tulisnya " pikir Eva.

Eva Racut langsung berteriak memanggil Rimpah yang sedang belajar di kamar belajarnya, " sini dulu, ikut kakak sekalian bawa laptopmu " ajak Eva, " ia kak " kata Eva sembari mengikuti Eva ke ruang tamu yang kebetulan disitu Parendes, Narendes dan Rendes sendiri.
Eva Racut : Coba terangkan dokumen-dokumen artikelmu ini, apakah benar kau Penulisnya ?
Rimpah : dari mana kakak dapat, pasti copian dari Bang Rendes ya, pasti abang copy waktu tadi ketinggalan di meja makan ?
Eva Racut : darimana kakak dapat itu tak perlu, coba kau jawab apa benar kau Penulisnya ?
Rimpah : Pasti kakak mendebat artikelku, ya maklum dong kak aku kan masih Semester VI bagaimana bisa buat artikel yang bagus, analisa masalah, penggunaan data hanya berdasarkan literatur, tapi opini saya atas kajian masalah yang saya jadikan suatu hypotesa bisa saya pertanggung jawabkan secara ilmiah dan akdemis, ayo yang mana kakak tak sependapat, tapi kak kita berdebat bukan sebagai kakak adik, tapi ibarat para Ilmuan atau Para Pakar atau Para Pengamat gimana kak ?
Eva Racut : Kakak tidak mau mendebat artikel-artikel ini, kakak hanya memastikan siapa Penulisnya, sini mendekat ke kakak.
Rimpah mendekat ke Eva Racut, Eva Racut mencium kening adiknya dan berkata " kau Putri Pakpak, Beru Berutu yang cerdas, otakmu briliiand, lanjutkan karya-karyamu, Kakak bangga sama kamu "
" Mantap dapat ciuman dari Kakakku Dokter Cantik, makasih ya kak atas pujian juga sarannya " kata Rimpah. Betapa bangganya Prendes dan Narendes mendengar mempunyai banyak karya tulis meskipun belum pernah di publikasikan di media-media massa., tapi karna keluarga ini semua sarjana, semua memiliki daya nalar yang cemerlang, mereka sangat menghargai suatu karya tulis ilmiah.
Malam-malam HP Rimpah berdering dari Cinari di Sidikalang,
Cinari : halo edaku
Rimpah : halo juga eda, apa kabar di Sidikalang
Cinari : kenapa agak sulit belakangan ini Bang Rendes dihubungi, kenapa eda.
Rimpah : ooo kangen ya eda, Bang Rendes memang banyakan HP nya ndak di aktifkan, mungkin dia konsen sama Proyek Perncanaan yang ditangani sekarang ini, itu proyek raksasa kak, Abang itu kalau bekerja tak bisa di ganggu, belakangan ini dia sering tidur di kantornya ndak pulang-pulang, apa dia ndak cerita Eda ?
Cinari : ooo gitu, udah salam aja sama Bang Rendes, suruh cepat-cepat eda di datangkan Parkata-kata tokor beru ya eda, hehehehehe
Rimpah : ok eda nanti salamnya aku sampaikan.'
Suatu saat Rimpah mencoba mengirimkan satu artikelnya lewat email ke Harian terkemuka di Sumatera Utara, dalam artikel tersebut lengkap dengan fotonya serta identitas dirinya sebagai Penulis, mana tau harian ini tertarik menerbitkannya pikir Rimpah.
Betpata terkejudnya Cinari saat i membolak-balikkan koran harian yang dibacanya yang waktu itu lagi duduk-duduk di Ruang Rapat DPRD Kab Dairi. Cinari membaca satu artikel dengan Judul " Salak adalah Kota Tertua di Andalas setelah Kota Barus " dan dengan sub judul " analisa peradaban melalui nama " dan dalam artikel tersebut selain nama Rimpah Berutu selaku Penulis juga ada dimuat Fotonya.
Tak sadar Cinari seperti berteriak " Hebat kau eda, mantap Putri Salak ", semua temannya terkejud apalagi saat itu baru selesai Rapat DPRD. Apanya yang hebat Bu Cinari ? Ini artikel Edaku dari Jakarta yang dulu bantu-bantu kami di Parpol, ntar saya baca dulu kata Cinari sambil meninggalkan Ruang Rapat menuju ruangan sendiri.
Langsung timbul ide Cinari, ini satu peluang untuk mendatangkan Bang Rendes ke Sidikalang, aku harus pura-pura mendebat Edangku Rimpah, ini peluang mantap, pikir Cinari. Langsung Cinari menelepon Rimpah.
Cinari : Halo Eda
Rimpah : Halo edaku yang cantik, apa kabar eda ?
Cinari : Dunia terkejut, Sidikalang dan Salak kagum atas artikelmu ini, telah lahir seorang beru Pakpak yang briliand, saya seorang Sarjana Pakpak kagum atas tulisanmu eda.
Rimpah : ooo udah diterbitkan ya eda, dua hari yang lalu aku iseng-iseng mengemailkan ke Koran Harian itu, ternyata diterbitkan ya eda, apa udah eda baca semua materinya eda, gimana pendapat eda ?
Cinari : jujur saya kagum dengan bakatmu dalam karya tulis eda, tapi bagi saya ini hanya bersifat Hypotesa, apakah eda mau dan siap untuk di debat atas isi artikel itu ?
Rimpah : wooow itu tantangan yang menarik, saya siap di debat, saya bertanggung jawab atas artikel saya, apa yang mau eda debat, materi yang mana ?
Cinari : Maaf Eda, saya tak mau mendebat lewat HP, tapi kita berdebat dalam satu Seminar di Salak, kita undang para peneliti, para budayawan, para dosen-dosen, Ketua-ketua Adat dan Paguyuban-Paguyuban Budaya Pakpak, kita berdebat, juga dari Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat, Eda sebagai Pembicara kami selaku pendebat, mereka para undangan sebagai Peninjau, dan ada sebagai Juri atau Penyimpul, gimana Eda ?
Rimpah : Mantap itu eda, ternyata Eda juga punya ide yang brilian, pantas aja Bang Rendes sering memuji-muji eda, katanya eda manusia hebat dalam menganalisa masalah.
Cinari : Masak pernah dibilang begitu eda ? tujuankupun menyelenggarakan debat ini untuk mendatangkan Bang Rendes ke Sidikalang, aku rindu banget eda ...?
Rimpah, ok nanti aku bicarakan apakah Bang Rendes bersedia sebagai pembicara.
Cinari : Tapi apa bukan jadi masalah Eda ?, kalau aku mendebat eda nanti dia jadi anti samaku dan hancur deh harapan dan cinta edamu ini ?
Rimpah : eda salah besar, Bang Rendes adalah benar-benar seorang Intelektual, ia adalah Ilmuan di bidangnya, dulu masa kuliah Bang Rendes selalu pembicara dalam berbagai dialog antar Fakultas, Bang Rendes begitu kagum sama orang yang bisa mendebat pendapatnya jika debat yang diajukan sifatnya santun, beretika, ilmiah, emperis, di dukung data, dan bisa dipertanggung jawabkan, karna abang itu selalu mendalilkan suatu adaqium " tidak ada manusia yang kepintarannya sempurna di dunia ini kecuali Tuhan ".
Rimpah tetap meneruskan pembicaraannya lewat HP ini dengan serius
Rimpah : lagian eda, saya atau Suku Pakpak tidak akan mau menerima suatu dalil sejarah peradaban begitu saja, harus betul-betul berdasarkan suatu kajian yang mendetail dan menyeluruh menurut berbagai disiplin ilmu, saya juga ingin mendapatkan kritikasi, debat, saran terhadap artikel saya.
Cinari : wah tambah kagum lagi sama eda benar-benar punya kemampuan analisa yang luar biasa, ok jika saya udah mendapat kepastian kesediaan Bang Rendes ikut dalam acara itu, saya akan susun program acara, dan membuat Panitia Seminar.
Rimpah : ok kita berdebat untuk membangun daerah kita sendiri.
Mulai saat itu Rimpah aktif mengirim artikel-artikelnya di muat di Koran-Koran di Medan, juga ia mengrim ke berbagai Koran dan Majalah di Ibukota Jakarta, mayoritas semua diterbitkan, dan ia mendapatkan honorarim dari berbagai Penerbitan dengan nilai yang bervariasi.
Rimpah menjadi sangat terkenal di Kampusnya, bukan Cuma kalangan mahasiswa tapi banyak dosen yang kagum atas artikel-artikelnya, maka tak jarang banyak Dosen dan Pakar-Pakar lain menanggapi artikelnya dengan artikel-artikel pembanding ada juga artikel penyanggah. Mereka tertarik karna Rimpah selaku Penulis masih berstatus Mahasiswa semester VI.
Nama Rimpah br Berutu sangat santer di Sumut, khususnya masyarakat Pakpak, selain karna Rimpah orang Pakpak juga karna artikelnya selalu membangun opini masyarakat Pakpak untuk membangun lebuh Pakpak sesuai disiplin ilmu masing-masing.
Selesai makan malam yang kebetulan Narendes, Parendes, Rendes dan Eva Racut masih ada, langsung Rimpah mengajukan tantangan.
Rimpah : Bang Rendes, artikelku yang berjudul " Salak adalah Kota Tertua di Andalas setelah Kota Barus " dan dengan sub judul " analisa peradaban melalui nama " dimuat disalah satu Harian di Sumatera Utara, dua hari lalu aku kirim lewat email, kata Rimpah sehari setelah artikel itu diterbitkan.
Rendes : bagus itu, memang artikelmu bagus dan menarik ya banyak media tertarik menerbitkannya, mantap itu.
Rimpah : bukan itunya bang, kita di tantang untuk melakukan debat terbuka dalam satu seminar di Salak, semua diundang, jadi saya dan abang selaku pembicara, beberapa orang sebagai Pendebat dan undangan sebagai Peninjau, baru ada Juri sebagai Penyimpul, gimana Bang.
Rendes : woow itu menarik sekali, saya suka berdebat dalam seminar, ok saya akan membuat artikel menguatkan artikelmu, saya akan mengkaji dari sudut konstruksi bangunan-bangunnan serta ornamennya di Barus dan di Salak.
Rimpah : wah itu relavan banget bang dengan artikelku ?
Rendes : wah abangmu ini masih terdaftar sebagai Peneliti di LIPI lho, ok siapa yang menantang kita.
Rimpah : dia anggota DPRD Dairi, wanita cantik dan penyabar, dia Cinari br Tumangger, apakah abang takut berdebat secara ilmiah dengan eda Cinari ?
Rendes : kenapa takut, malahan bangga kalau dia menantang saya berdebat, jika dia hebat selesai debat dihadapan para peserta seminar akan kuberikan cincin tunangan, ehhh tapi jangan kau bilang ama dia ya. Ok aku tinggal dulu aku mau buat artikelku.
Setelah Rendes pergi ke kamarnya, langsung Narendes berkata, ini kesempatan emas mempercepat perkawinan mereka, aku tak sabar mau menggendong cucu, bisa jadi ucapannya itu karna emosi atau benaran mau tunangan, tapi dia itu pelupa apalagi sibuk begini, jadi besok ibu sendiri yang menempah cincin tunangan itu, tolong kau serahkan nanti di Sidikalang ama dia ya Nang.
Rimang : beres bu, segalanya aku yang atur, tenang saja pokoknya Ibuku ini harus tersenyum.
Keesokan harinya Rimpah di bel Cinari dari Sidikalang,
Cinari : halo eda, gimana udah dikasih tau sama Abang,apakah di bersedia atau merasa tersinggung, satu malaman aku tak bisa tidur mikirin manatau dia tersinggung, Hpnya tak bisa ku hubungi eda.
Rimpah : malahan sebaliknya dia senang dan bangga sama eda karna udah berani menantang Peneliti LIPI
Cinari : siapa maksudmu peneliti, maksudku Bang Rendes.
Rimpah : ya ia eda, Bang Rendes itu terdaftar sebagai salah seorang peneliti dari LIPI yang sesuai dengan disiplin ilmu kesarjanaannya sebagai Sarjana Teknik.
Cinari : jadi ada dia cerita hubungan kami ?
Rimpah : Sebenarnya ada satu statement yang menarik terucap dari abang, sayangnya aku dilarang mengasih tau sama eda.
Cinari : kasih tau dong eda, tak kubocorkanlah sama abang Rendes, pleace dong eda ?
Rimpah : sebenarnya meski dilarang, saya berniat tetap meberitahukan sama eda bardasarkan nurani dan perasaan kita sesama wanita.
Cinari : cepat kasih tau eda, gemetar sudah kakiku eda, aku takut kehilangan dia, bilang apa Bang Rendes ?
Rimpah : ok deh, meskipun aku jadi orang yang tak bisa dipercaya lagi oleh Bang Rendes terpaksa ku kasih tau sama eda dengan segala resiko.
Cinari : cepat eda kasih tau, jujur gemetaran aku sekarang ini mau mengetahuinya, aku bersumpah hanya kita yang tau tak akan kubocorkan sama Bang Rendes.
Rimpah : Abang mengatakan, jika eda Cinari bisa dengan meyakinkan mendebat kami, maka dihadapan umum ia akan menyerahkan cicin tunangan sama eda Cinari.
Cinari : wah edaaaa, edaku yang cantiiiiik, senangnya aku mendengar ini semua, jatuh air mataku, aku capek sudah menunggu selama ini, jadi eda apa dia serius mengatakan itu.
Rimpah : itu maka aku tak tau apakah dia serius atau sekedar emosional, tapi karna kebetulan Nantua mendengarnya dan Nantua ingin cepat menggendong cucu katanya, diam-diam Nantua menukangkan cincin tunangan yang akan saya serahkan nanti di Salak sama abang mana tau kata-kata abang itu sekedar emosi, tapi kalau menurut aku sebagai wanita ungkapan abang itu serius koq eda apalagi dia mengatakan dihadapan kedua orang tuanya dan kami turang-turangnya.
Cinari : waduh eda kalau kau sekarang ada didepanku sudah kupeluk kau eda karna bangganya, ok eda mulai besok kebentuk Panitia akan kita selenggarakan di Kota Salak, kami akan bekerjsama dengan Pemkab Pakpak Bharat.
Rimpah : tapi kalau bekerjasama dengan Pemkab orientasinya jadi lain dianggab orang merupakan pesanan dari Pemerintah, apalagi mereka meluncurkan dana bantuan, bisa-bisa ini tak mendapat sambutan dari masyarakat, gimana kalau dengan Lembaga Adat Pakpak Bharat aja, dananya saya minta dari abang.
Cinari : Itu saran yang baik, tapi jangan dana dari abang, aku edamu ini udah 3 tahun jadi DPR aku sudah punya uang juga, saya siap mendananinya, pokoknya beres.
Sangking enaknya ngobrol ndak ditau Rimpah pembicaraannya semua di dengar Rendes, " eeee rahasia perusahaan kau bocorkan ya, mari sini aku yang bicara, kata Rendes (HP diserahkan ke Rendes)
Rendes : Halo sayang, DPRku ... Pakar yang mau debat dengan aku ? benaran nichh udah siap berdebat dengan aku di depan publik ?
Cinari : aduh bang, Impalku yang gagah, Peneliti LIPI, calon bapak dari anak-anakku, aku rindu sekali bang, kenapa sih bang belakangan ini sulit dihubungi ?
Rendes : yang aku tanya apa sudah siap berdebat dengan Rimpah sebagai Putri Pakpak yang brilian dan sama saya ?
Cinari : aku takut abang tersinggung mengasumsikan aku sok pintar, sok hebat, kalau aku mendebat orang yang kucintai di depan Publik.
Rendes : kenapa menganggap aku berpikiran kampungan, kenapa tak memandangku sebagai calon suami yang patut dibanggakan dari segi disiplin ilmu ? apa kau bercita-cita mendapatkan suami yang penurut, diam saja, yang bodoh tak berani mengungkapkan pendapatnya di depan umum, takut di debat calon istrinya.
Cinari : Ok bang, selain saya cinta, saya bangga sama calon suami seperti abang, baik kita berbicara secara intelek, saya siap berdebat, jika artikel Cinari yang diperkuat artikel abang bisa mematahkan sanggahan-sanggahan kami maka itu akan menjadi tiori dalam sejarah peradaban suku Pakpak, tapi jika tidak bisa menjawab seluruh pertanyaan para Pendebat jangan malu dan jangan tersinggung harus mengakui kelemahan artikel itu dan siap untuk menyempurnakannya, bagamimana anda selaku Peneliti UI, maaf ya bang aku berkata anda, kan dua pakar beradu pendapat, hiks hiks hiks ...
Rimpah : baru ini kudengar statementmu yang membuatku sangat bangga dengan calon istriku, kau adalah ilmuanku, nara sumber hatiku, kagum sama argumentasimu.
Cinari : makasih bang atas pujiannya, tapi dipastikan abang akan datang kan Bang ?
Rimpah : saya pastikan datang, kedatanganku bukan karna kehendakmu tapi lebih pada kehendak saya atas hubungan kita.
Cinari : Tersanjung aku bang, air mata bahagiaku berjatuhan, aku tak sia-sia menunggumu selama ini, apa yang harus kupersiapkan dan apa yang abang hendak buat samaku.
Rendes : kalau kau mendebat kami di seminar itu dengan meyakinkan, maka di akhir acara akan banyak keluargaku Berutu mengarahkan pandang ke arah kita, saya tidak tau kesiapan pihak Tumangger, yang jelas akan kuselipkan cincin tunangan di jarimu, seminggu kemudian akan datang Persinabuli membicarakan tokor beru atau jujuran kerumahmu.
Cinari : Bang aku cinta sama abang, cintaku akan nyata menuju pelaminan melalui perkawinan yang suci, aku bahagia sekali mendengar ini semua melebihi dari segalanya, soal kesiapan Marga Tumangger selaku pihak kula-kula kita sangat siap melebihi kesiapan pihak Marga Berutu.
Rendes : aku juga sangat cinta dan sayang sama kamu Cinari, tapi ingat ya sayang, dalam pelaksanaan seminar ini jangan mencari dana dari Pemkab Pakpak Bharat, kalau kau perlu dana besok ku transfer berapa kau butuh.
Cinari : jangan bang, aku ingin abang bangga samaku, aku ingin abang menikmati hasil keringatmu menjadikan aku DPR, aku ingin abang nanti mencium keningku karna rasa bangga akan hasil karya kekasihnya, semua saya upayakan Bang, biarkan aku berbuat menurut caraku, dan berikanlah aku sanjungan atas itu semua.
Rendes : ok aku cinta dan sayang sama kamu, kami tunggu jadwal acaranya, dan tunggu kehadiran kami di acara tersebut.
Cinari, ok bang i love you, Tuhan Memberkati.
Ternyata juga Ibu Cinari menguping pembicaraan Rendes dan Cinari, Narendes begitu bangganya mendangar pembicaraan putranya dengan calon menantunya, tapi namun demikian dia tetap menukangkan cincin pertunangan mengantisipasi sifat putranya yang sering pelupa karna kesibukannya.
Cinari dengan segera menyusun program acaranya, dia membuat Tema Seminar sehari " PAKPAK DAN PERADABANNYA DALAM KAJIAN SEJARAH " dengan pembicara Rimpah Berutu, Rendes Berutu, dan Pendebat Cinari br Tumanger beserta sederet nama-nama dari Pemangku-Pemangku Adat, Cendikawan Pakpak, Pemerhati Budaya, Dosen Peneliti, Pakar Sejarah Pakpak dan banyak lagi yang jumlahnya 10 orang, 5 orang Tim Juri selaku Penyimpul, dan selebihnya para tamu undangan sebagai Peninjau.
Seminggu kemudian, Cinari sudah mendapat kiriman Artikel Rimpah dan artikel Rendes Berutu yang telah dijilid dalam bentuk buku yang siap dibagikan ke seluruh peserta seminar. Betapa kagumnya Cinari membaca artikel Kekasihnya Rendes yang begitu ilmiah dapat dipertanggung jawabkan secara ilmu pengetahuan.
Cinari sudah meminta kesediaan Saudara sepupunya Renggur Tumangger untuk turut berpartisipasi sebagai salah satu Tim Penyimpul, juga membantunya membuat proposal, dan Renggur sendiri sangat merespon positip rancangan seminar tersebut
Satu sore Cinari kedatangan seorang tamu laki-laki bernama Cangkan Boangmenalu, di rumahnya
Cangkan : aku Cangkan Boangmenalu turang, boleh saya bicara sebentar ?
Cinari : boleh turang, apa yang bisa saya bantu ?
Cangkan : saya di tunjuk ikut dalam Panitia Seminar, sebagai seksi Hiburan dan Publikasi
Cinari : siapa yang menunjuk turang
Cangkan : temanku satu sekolah di SMAN Salak sekarang kuliah di UI namanya Cinari Berutu, dan ada satu lagi turangnya lupa namanya kalau endak salah Rendes Berutu, katanya Turang sebagai ketua Penyelenggara.
Cinari : oooo bang Rendes, benar turang apa yang di tugaskan sama turang.
Cangkan : saya sudah mengundang seluruh Penyanyi-Penyanyi Pakpak, para Penyair untuk menyumbnang Puisi-Puisi penggungah semangat Pakpak, juga Klub-Klub Genderang Pakpak, ini proposalnya turang (sambil menyerahkan proposal )
Cinari : wah bagus ini, cuman (agak berpikir), berapa biaya yang diperlukan mendatangkan mereka dan berapa honor mereka semua, berapa totalnya.
Cangkan : sebenarnya Silih Rendes itu hari itu mau transfer dana, tapi setelah aku bertemu dengan satu Pengusaha Pakpak di Medan, dia tertarik sama artikel-artikel Rimpah di Koran, dan karna dia tau dia sebagai pembicara di seminar langsung dia mendanai semua untuk hiburan, semua dia yang nanggung, lagian semua Penyanyi Pakpak dan para Penyair tak mau dibayar, semua mau berperan serta, malahan sebaliknya mereka mau menyumbang berbentuk materi, jadi soal dana nggak usah dipikirkan.
Cinari : wah terima kasih Tuhan, betapa semangatnya semua orang Pakpak membangun budayanya, membangun lebuhnya, saya bangga dan terharu turang sebagai Putri Pakpak.
Cangkan : saya juga punya usaha koq turang kecil-kecilan di Medan, jadi minta tema seminarnya biar aku publikasikan di Koran-Koran, Majalah dan Media Televisi lokal, kita harus buat acara ini meriah, kita harus bangunkan semangat seluruh orang Pakpak, kita harus bergandeng tangan memajukan lebuhta, setuju kan turang.
Cinari : (tanpa sadar bilur-bilur air mata bangga menetes) ia menyalam Cangkan, aku terharu sama semangatmu turang, ok berarti kita harus rubah sebutan seminar sehari, kita rubah menjadi Seminar 3 hari dengan tema " PAKPAK DAN PERADABANNYA DALAM KAJIAN SEJARAH ", bagaimana kalau sekarang kita susun acara ini secara menyeluruh turang ?
Cangkan :kurasa jangan kita aja turang menyusun, sebaiknya saya pancing dulu emosi massa, kita iklankan lewat media massa, pasti mendapat respon dari masyarakat, baru kita undang mereka semua untuk menyusun program acara bagamimana turang ? " setuju turang " jawab Cinari
Keesokan harinya terbit di berbagai media masa cetek, harian dan majalah, juga raido-radio swasta Iklan, iklannyapun sengaja dipasang mengundang emosi Pakpak.
" Jika darah ditubuhmu mengalir darah Pakpak, jika di jiwamu ada kerinduan membangun masyarakat dan lebbuhmu Pakpak ......? Luangkan waktu untuk mengikuti :
Seminar 3 hari dengan tema " PAKPAK DAN PERADABANNYA DALAM KAJIAN SEJARAH " dalam bentuk DEBAT TERBUKA, yang akan diselenggarakan di Kota Salak, tanggal xxxxxx.
Seminar diikuti dengan Pagelaran budaya suku Pakpak, dari berbagai Group-Group Kesenian Tradisonil dan dimeriahkan para Artis-Artis Pakpak yang mau menyumbangkan kemampuan dan talentanya secara sukarela sebagi bentuk partisipasi.
Pembicara :
1. Rimpah br Berutu, Mahasiswi Fak Pertanian UI, seorang Putri Pakpak yang brilian, mempunyai cita-cita luhur meningkatkan perekonomian Pakpak dari sektor Pertanian.
2. Rendes Berutu ST, Konsultan Perencana dan Paneliti LIPI, yang selalu melakukan riset-riset terhadap Pengembangan ekonomi Pakpak.
Pendebat : 15 orang yang diketuai oleh Cinari br Tumangger, anggota DPRD Kabupaten Dairi yang sangat respek terhadap kemajuan Pakpak
Juri : 5 orang yang jeseluruhannya para Pakar yang dapat dipercaya dan berpengalaman
" jangan hanya kau bertanya pada akalmu, tanya nuranimu apakah kamu bahagian dari Pakpak, apakah ada tersirat niat tulus di nuranimu untuk turut serta membangun lebuhmu "
Anda mau berperan serta hubungi Cinari br Tumangger dan Renggur Tumanngger di Batang Beruh Sidikalang, dengan No.HP xxxxxxxx, atau biro-biro perwakilan lainnya.
Begitu Redaksi Iklan yang dimuat setengah halaman di berbagai media cetak Sumatera Utara dan dimuat satu minggu penuh, yang di danai oleh Cangkan Boangmenalu beserta rekan-rekannya, tak ayal Cinari dan Renggur tak henti-hentinya menerima telepon dari banyak orang, kelompok, organisasi Pakpak ingin berperan serta.
Berbagai organisasi menyatakan diri hadir, Organisasi Mahasiswa Pakpak di Medan, juga dari Jakarta, Jogja, Bandung dan Surabaya, mereka akan mengirim perwakilan mereka, dari organisasi-organisasi sosial Pakpak, arisan-arisan, kumpulan marga-marga, dan banyak lagi belum terhitung orang perorang.
Setiap telepon yang masuk, Cinari dan Renggur mengatakan pada tanggal x akan dibentuk Panitia dan Program Acara dan untuk itu diharapkan kehadiarannya datang ke Sidikalang.
Juga Rimpah tiap hari HP nya berdering-dering mengucapkan pujian pada dirinya dari teman-teman satu sekolahnya dulu di Salak, semua mengacungkan jempol bangga sama Rimpah yang dulunya gagal melanjutkan kuliah gara-gara kemiskinan sekarang sudah mencengangkan dunia dengan artikel-artikelnya yang terkadang kontroversial bagi suku-suku lain.
Ketika Rimpah mengatakan sama Nantuanya bahwa telah di iklankan secara terus-menerus rencana seminar tersebut, dan dengan terang menyebut Putranya Rendes dan Putrinya (karna dia menganggap Rimpah seperti putrinya kandung) betapa bangganya Nantuanya, Nantuanyapun pasang akal tak mau menyia-nyiakan peluang emas ini untuk mempersatukan Putranya dengan Cinari calon menantunya.
Pada tanggal yang ditentukan diadakan Rapat di Rumah Renggur, semua perwakilan telah datang mendaftarkan diri, dan rata-rata ingin bergabung dan banyak yang mau menampilkan kreasi mereka secara sukarela sesuai dengan bakat dan profesi masing-masing.
Akhirnya di rancangan satu program acara :
Hari I : acara Pembukaan, dimeriahkan dengan pagelaran oning-oningen Pakpak (genderang, kalondang, dll) Pagelaran tari-tari tradisionil Pakpak, diselang-selingi sumbangan Lagu-Lagu Pakpak oleh artis-artis Pakpak, pembacaan Puisi, pagelaran budaya seni beladiri mocak, banyak lagi.
Hari Kedua : Penyelenggaraan Seminar
Hari Ketiga : kembali Pagelaran Budaya, juga di kemas cinari satu acara yaitu pagelaran adat pertunangan Pakpak.
Ketika perserta rapat menanya siapa yang melakukan peran pertunangan itu ? Cinari dengan spontan menjawab " sudah saya siapkan orangnya " jadi tenang saja, pokoknya menarik kata Cinari.
Tempat acara dilaksanakan di tetapkan di Onan Salak, Onan tersebut disulap menjadi bersih, semua dihiasi dengan spanduk dan ornamen-ornamen Pakpak, dibuatkan Panggung yang besar disusun Meja-meja dan bangku-bangku, disekeliling onan dan hampir diseluruh Kota Salak terpasang Spanduk-Sapnduk yang dibuat para Tamu Undangan dan Partisipan Pakpak dengan kata-kata slogan yang beraneka ragam. Pokoknya semua tertata rapi dan bersih, semua berperan serta bukan karna dibayar tapi atas keterpanggilan membentuk karya baktinya untuk Pakpak.
Acara ini sendiri dirancangkan di buka secara Resmi oleh Ketua Lembaga Adat Pakpak Bharat, bukan oleh Bupati yang biasa diselenggarakan selama ini, dan pendanaan acara ini sama sekali tak menggunakan dana Pemkab, semua seakan urunan memberikan dana sebagai sumbangan sukarela tanpa pernah diminta untuk menyumbang disamping Cinari selaku Penyandang dana terbesar.
Luar biasa respon masyarakat, bukan lagi karna kehebatan Rimpah Putri Pakpak yang dipandang brilian tapi seakan-akan momen ini sebagai ajang mempersatukan seluruh orang Pakpak karna secara fakta seluruhnya mendaftarkan diri, dari desa-desa di Pakpak Bharat, juga organisasi-organisasi Pakpak di Sidikalang, Kabanjahe, Medan dan semua daerah. Tak ketinggalan Perwakilan Pakpak yang berada di lima suak, seakan ini adalah Rembuk Akbar yang paling sepkatkuler Pakpak di abad ini.
Dua hari sebelum tanggal pelaksanaan Rendes dan Cinari sudah berangkat dari Jakarta menuju Medan dan sore sekitar jam 3 sudah sampai di rumah Cinari di Sidikalang.
Betapa terkejudnya Rendes dan Cinari, didepan rumahnya ada spanduk besar bertuliskan " Selamat Datang Rendes Berutu, ST dan Rimpah br Berutu, Engkau patut dibanggakan orang Pakpak "
Segerombolan orang telah menunggu di rumah Cinari berpakaian adat Pakpak, seolah menyambut kedatangan Raja pada Jaman dahulu. Seorang Perempuan menghamburkan beras ke kepala mereka sebagaimana tradisi pakpak dalam acara penyambutan seorang tamu terpandang " njuah-njuah, ndaoh perskiten deket permaraen, kenan pencarin, ndates beritamu Pah Nange " ( selamat datang, kiranya sehat, diberkati usaha, diagungkan nama kalian). Cinari langsung memeluk Rendes dan juga Rimpah yang sudah kelihatan sangat cantik, modis tapi raut wajahnya sengat keibuan dan ada aura kepemimpinan).
Cinari telah secara khusus menjahitkan Baju Pakaian adat sepesial untuk Rendes dan Rimpah, sungguh mengejutkan mereka berdua yang sebelumnya tak menyangka di sambut bagai raja dan ratu.
Secara diam-diam keesokan harinya, Parendes dan Narendes juga putrinya Eva Racut menyusul ke Medan dan langsung ke Sidikalang, betapa terkejutnya Rendes dan Rimpah melihat ada mobil berhenti di depan rumah Cinari dan keluar Ibu, Bapak dan Adiknya dari mobil tersebut.,padahal saat itu mereka hendak meluncur ke Salak.
Langsung Cinari berlari menyambut calon mertuanya, dan berpelukan rindu, juga dengan Eva Racut Dokter muda Putri Pakpak.
Karna waktu sudah mepet, mereka langsung menuju salak, seluruh keluarga Cinari, Keluarga Renggur,kerabatnya juga Perkumpulan Tumangger Sidikalang sengaja di boyong Cinari ikut ke Salak.
Sesampainya di Salak sudah banyak yang menunggu kedatangan mereka, mereka benar-benar di " era-era seperti penyambutan Raja " lengkap dengan genderang Pakpak, semua penyambut berpakaian baju Pakpak. Beras kembali dihamburkan ke kepala mereka semua disertai " kata njuah-njuah dan berbagai perumpamaan Pakpak "
Sungguh luar biasa, seakan ini perhelatan akbar yang sangat meriah di abad ini, hampir seluruh jalan-jalan diparkir oleh mobil-mobil pribadi para Tamu Undangan, Bis-Bis Umum, hampir semua rumah dipenuhi oleh para tamu undangan sekedar untuk tidur bermalam, jalan jalan dipenuhi oleh ribuan pendatang, banyak yang menenteng spanduk-sepanduk dengan berbagai tulisan merangsang Pakpak untuk memajukan daerahnya. Tak ketinggalan berbagai awak media baik cetak maupun elektronik hilir mudik mencari berita yang dianggap sangat spektakuler ini.
Tepat jam 9 Pagi acara di mulai, manusia telah berjibun melimpah ruah memadati onan Salak tempat dilngsungkannya acara. Seluruh Panitia dan Penerima Tamu, Undangan Khusus menggunakan Pakaian adat Pakpak, juga Rendes dan Cinari, Rimpah beserta seluruh keluarga mereka menggunakan baju Pakpak.
Para Undangan telah duduk di tempat masing-masing, tak ketinggalan terlihat Bupati dan Wakil Bupati Pakpak Bharat beserta istri, Para Asisten, Para Pimpinan SKPD, Ketua DPR dan seluruh anggota, dan para Kepala-Kepala Daerah dari berbagai Kabupaten Kota di Sumatra Utara.
Terlihat juga duduk para undangan dari berbagai organisasi, perwakilan Pakpak silima suak, cendikiawan, alim ulama, organisasi kepemudaan, organisasi wanita, organisasi mahasiswa dan pelajar, perwakilan dari berbagai desa-desa se Kabupaten Pakpak Bharat, beserta tamu undangan lainnya.
Seluruh areal onan Salak dipenuhi oleh lautan manusia, hingga ke jalanan manusia berjubel berdiri, Panggung dibuat di Tengah Pasar, sedang pengunjung mengelilingi panggung hingga bisa terlihat jelas Para Pembicara dan Pendebat, yang dipandu oleh dua orang Pembawa Acara.
Ketika Rendes dan Cinari menaiki Panggung duduk di tempat yang disediakan sebagai Pembicara dan berhadap-hadapan dengan Para Pendebat sebanyak 15 orang, dan sisebelah samping Tim Penyimpul. (Karna seorang pendebat berhalangan hadir maka diganti oleh dr Eva Racut Berutu )
banyak orang yang berteriak histeris, banyak yang meneteskan air mata hari sembil berteriak " Rimpahhhhhh..... Rimpah ..... hidup Rimpah, hidup beru Per Salak ... !!!! ", semua teman-temannya, semua orang salak, mengelu-elukan Rimpah, bahkan ada seorang anak cacat, bibir sumbing (daberu tobing) memberanikan diri berlari kedepan membawa spanduk kertas karton bertuliskan " Rendes dan Rimpah bintang orang Pakpak ", tanpa mempedulikan larangan petugas keamanan.
Meskipun banyak orang meneriaki perempuan sumbing tersebut ia berhasil menyerahkan spanduk kartonnya, Rendes menerima Spanduk tersebut dan mengangkatnya tinggi-tinggi untuk dibaca pengunjung, sambil tepuk tangan.
Acarapun dibuka dengan resmi oleh Ketua Adat Pakpak Bharat yang ditandai dengan pemukulan Gung Pakpak, semua pengunjung memberikan aplause atau tepuk tangan yang meriah.
Pertama-tama Pembawa acara memperkenalkan Pembicara dan Pendebat, Tim Penyimpul lengkap dengan profesi dan bidang keahlian masing-masing.
Sesuai dengan susunan acara yang telah dibacakan Pembawa acara, setelah acara dibuka resmi adalah laporan Ketua Panitia Penyelenggara.
MC atau Pembawa acara memberikan kesempatan pada Cinari selaku Ketua Panitia Penyelenggara untuk menyampaikan laporannya, namun Cinari berkata, sebelum saya menyampaikan laporan saya selaku Ketua Panita Penyelenggara dengarkanlah kata nurani saya, " Kecintaan seorang Pakpak pada sukunya saya lambangkan seperti Kecintaan seorang Ibu terhadap anak-anaknya, meskipun ini diluar susunan acara, saya menginginkan ada seorang ibu memberikan semangat dan pengajaran bagi kita semua, dan untuk itu mohon kesediaan Ibu yang kami cintai dan kami hormati, Ibu Tinaly br Tumangger, Ibu dari Pembicara kita Rendes Berutu, ibu dari Dokter muda Pakpak Eva Racut Berutu " Spontan Narendes terkejut atas usulan ini, semua memberikan aplause atas usulan tersebut.
Narendes menaiki Panggung yang disediakan khusus bagi semua yang akan memberi kata-kata sambutan.
Haii engkau semua saudaraku orang Pakpak yang hadir di acara ini, aku adalah saudaramu " kita simpanganen " dari empungta Pakpak, Njuah-njuah banta karina.
Sungguh diluar dugaanku, saya seorang ibu ditunjuk memberikan sepatah kata mewakili seluruh Ibu-Ibu Pakpak berdasarkan nurani seorang Ibu, ini suatu kebanggan bagi saya, gara-gara Putraku Rendes, Berungku Rimpah dan Calon Menentuku Cinari aku di tunjuk memberikan sepatah kata di acara di acara perhelatan akbar ini, maka aku harus berkata inilah penghormatan kalian anak-anakku yang tiada ternilai harganya melebihi segala apapun dalam sejarah hidupku sebagai seorang ibu.
Saya sangat terharu perlambangan Cinarai seorang Putri Pakpak yang membukakan nuraninya membangun sukunya mengatakan kecintaan terhadap sukunya ibarat kencintaan seorang ibu terhadap anaknya, ini sangat mengharukan saya sebagai Ibu, " ingatlah kasih anak sepanjang lidi tapi kasih ibu sepanjang jalan yang tiada habisnya " kiranya begitulah kecintaanmu terhadap sukumu.
Saya sangat terharu melihat seorang putri cacat tadi , ia putri yang terlahir sumbing, daberu tobing,meskipun ia Tobing tapi berani tampil kedepan memberi semangat bagi Putraku dan Putriku selaku Pembicara, ia begitu percaya diri berlari dengan segala kekurangannya, ia pasti sadar bahwa ia cacat terlahir sebagai daberu tobing, ia sadar tak bisa berbuat banyak membangun sukunya, ia dengan tulus memberikan partisipasinya dengan cara menyemangati para Pembicara yaitu Putraku dan Putriku di acara ini dengan suatu tujuan yang mulia yaitu majunya orang Pakpak.
Tadi saya perhatikan, banyak orang ingin melarang, banyak orang tertawa kurang bersahabat, (dengan nada berapi-api Narendes berbicara) Aku seorang Ibu berkata, jiwaku tak akan melarangmu, bibirku tak menertawaimu, tapi aku bangga atas tekad dan kebranianmu Putriku.
Engkau terlahir ke dunia dalam keadan cacat, itu bukan atas kehendakmu, engkau hidup dalam keterasingan, betapa engkau tersiksa atas kata-kata orang yang kurang pantas karna cacatmu.
Saya seorang Ibu baru bagimu, mengatakan karna semangatmu atas sukumu maka kau layak untuk kembali berbahagia bersama manusia yang terlahir sempurna, kau harus cantik kembali seperti ibu yang melahirkan kau.
Kuperintahkan pada Putriku dr. Eva Racut Berutu, karna engkau adalah Dokter, segera bawa adikmu itu ke Jakarta, oprasi bibirnya hingga sesempurna mungkin, cari Rumah Sakit yang bagus, buat ia cantik seperti dirimu, karna dia juga layak hidup bahagia sama seperti kamu. Seluruh biaya ibu yang menanggung.
Kata-kata Ibu Rendes sontak membuat orang semua terharu, banyak meneteskan air mata, tak ketinggalan Cinari, Bapak Cinari, Bapak Renggur terharu bangga melihat Saudara Perempuannya memberikan bantuan, mengoperasikan seorang putri sumbing.
Ibu Putri si Putri Sumbing yang tinggal di Kecupak tak kuasa menahan tangisnya, ia langsung berlari kedepan dan naik keatas panggung tanpa memperdulikan orang, dengan tangis deru-deru (tangis sejadi-jadinya) langsung memeluk Narendes " lias ate Namberu enggo i tolong ko Kempumu, Tuhan mo membalas i merlipat ganda, ndekkah ko nggelluh Namberungkuuuu ( terimakasih Ibu sudah kau tolong cucumu, Tuhan membalasnya berlipat ganda, Panjanglah Umurmu Ibuku).
Narendes mengakhiri kata sambutannya, jika engkau terharu menyaksikan ini, aku seorang ibu telah berbuat untuk kebahagiannya, kiranya begitulah keharuanmu, jiwamu semua engkau orang Pakpak untuk berbuat membangun sukumu. Njuah-njuah.
Di hari pertama acar ini, semua pengunjung cukup terhibur, berbagai pagelaran ganderang Pakpak di perdengarkan, tari-tarian, pembacaan puisi, banyak juga atraksi-atraksi silat dari berbagai desa-desa, suara-suara merdu para artis Pakpak.
Seharian nyaris tak ada yang meninggalkan tempat acara semua bersorak sorai mempertontonkan kebolehannya, banyak aneka budaya Pakpak di pagelarkan.
Keesokan harinya adalah hari-hari yang ditunggu-tunggu bagaimana gadis belia Rimpah, dulunya gadis miskin dari Salak bisa beradu pendapat, berdiplomasi, berargumentasi secara ilmiah mempertahankan Hyoptesnya, maka tak mengherankan seluruh sekolah di Kabupaten Pakpak Bharat sengaja membawa siswanya ke onan salak dengan tujuan memacu semangat siswa untuk berprtestasi, berkarya seperti Rimpah.
Pertama si Rimpah melakukan orasi tentang materi artikelnya, ia tak begitu kaku karna ia terbiasa mewakili Fakultasnya di UI melakukan debat-debat terbuka antar Universitas di Indonesia, ia terbiasa mengikuti seminar-seminar, ia juga sering sebagai pembicara dalam debat-debat terbatas.
Semua orang tercengang atas caranya berorasi, kepiawaian dia menyajikan dan memecahkan masalah dari berbagai pendapat, hingga memunculkan opini dia sendiri, memang Rimpah benar-benar anak yang brilian yang layak di acungi jempol.
Tak kalah memukau Pemaparan dari Rendes seorang ahli Teknik Bangunan, seorang Peneliti LIPI, makalahny dipersentasikan secara memukau, luar biasa semua mengacungi jempol, analisanya sangat rational dan seakan memadukan antara tiori dan analisa serta fakta-fakta yang ditunjukkan berdasarkan konstruksi, ornamen bangunan yang ada di Barus dan di Salak.
Cinari bukanlah anaka kemarin dalam berdialog, banyak peristilahan yang digunakan, banyak pertanyaan yang menjebak, banyak tiori-tiori yang dibuat sebagai bandingan, ia benar-benar mengenyampingkan hubungannya dengan Rendes, benar-benar ingin mendapatkan suatu kajian sejarah peradaban Pakpak berdasarkan Fakta, sesuai dengan kriteria disiplin ilmu pengetahuan, ia ingin mendapatkan suatu tiori yang bersifat tentatif bukaan sejarah yang mengada-ada.
Cinari : Dasar Pembicara Nona Rimpah mendasarkan hyoptesanya bahwa Salak merupakan sebagai salah satu kota tertua di Pulau Andalas ini setelah Barus, fakta apa yang mendukung hypotesa saudara ?
Rimpah : Saya berangkat dari nama Kota Salak. Kata Salak tidak ada di kamus Bahasa Pakpak, dalam kamus Pakpak kuta diartikan " aur ", dan istilah aur ini juga di adopsi oleh ahli riset Van Vollen Hoven dan Ter Har berkebangsaan Belanda semasa kolonialis Belanda yang dikenal sebagai Ahli Hukum Adat dalam berbagai buku-bukunya yang dipakai di berbagai Perguruan Tinggi.
Jika kata " Salak " yang kita interpretasikan sebagai "buah" maka sangat keliru karna secara faktual dalam sejarah peradaban Pakpak, di seluruh aur atau Tanoh Pakpak tidak ada penghasil buah Salak, saya berpendapat bahwa salak dulunya berasal dari kata " Sale " yang disebut oleh para Pedagang-Pedagang yang datang dari Timur Tengah di Kota Perdagangan Barus sebagai kota tertua dalam catatan sejarah di Pulau Sumatra hingga sampai ke suatu daerah di Tanoh Pakpak.
Sale dalam bahasa Hindi, Bahasa Urdu, Yunani, Magyar diterjemahkan Penjualan atau Perdagangan, ataupun jika kita meyakini Bangsa India Selatan yang banyak kalangan mengakui sebaga awal mula asal nenek moyang suku Pakpak yang waktu awalnya datang berdagang ke Barus menurut Bahasa Hindi dan Tamil diartikan Penjualan yang seakan mengadopsi peristilahan dari Bahasa Inggris. penyebutan kata Sale oleh para Pendatang secara terus-menerus menjadikan istilah Sale itu melembaga di pengucapan masyarakat setempat hingga aktivitas dagang atau istilah sale itu berkembang menjadi nama daerah itu sendiri.
Karna ketidak tahuan bahasa pendatang dan bahasa daerah setempat terjadi miskomunikasi, kata sale yang juga sering disebut sales secara etimlogi dan perkembangan bahasa berubah jadi Saled berubah menjadi Salad dan akhirnya menjadi Salak sesuai dengan level atau logat pengucapan lidah orang Pakpak, yang hingga sekarang daerah ini disebut Kota Salak.
Banyak nama-nama desa lain yang perlu kita kaji secara detail seperi Kuta Cikaok dan Kuta Tinada yang persitilahan ini tak kita temui dalam kamus Bahasa Pakpak.
Kenapa pendatang menyebut sebagai kota sale atau kota dagang karna daerah ini dikenal penghasil kapur barus yang kita kenal dengan Keburun yang berguna sebagai pengawet mayat, dari berbagai buku dari jaman dahulu kala produk keburun dari Tanoh Pakpak sangat terkenal di Kawasan Timur Tengah, yang sudah barang tertentu di daerah ini sebagai basis perdagangan hasil-hasil rempah-rempah khususnya Keburun atau Kapur Barus.
Dengan berbagai data pendukung lainnya saya berpendapat Salak adalah salah satu aur tertua di Pulau Andalas yang secara geogrfisnya sangat berdekatan dengan Kota Barus, namun demikian jika hypotesa saya bisa disanggah secara ilmiah dengan data-data penyanggah maka hypotesa saya bisa kita sempurnakan atau kita anggab sebagai suaty Hypotesa yang terbantahkan karna kurang didukung fakta.
Jikapun Hypotesa saya terbantahkan, saya tetap bangga pada diri saya sendiri, bisa membukakan mata banyak orang Pakpak, bisa mempersatukan banyak orang Pakpak yang berbeda pendapat dalam satu tujuan Memajukan Suku Pakpak, mudah-mudahan bermunculan Peneliti-Peneliti Pakpak yang lebih brilian dari saya.
Semua pengunjung kagum melihat kepiawain dan kepakaran Rimpah dalam menelaah atau menjabarkan hypotesanya, seorang gadis belia yang intelek, rendah hati, mau berdialog, mau mendengar pendapat orang lain, mau hypotesanya dibantahkan jika ada pendapat lain yang lebih faktual dan rational, Rimpah memang benar-benar cikal bakal pemimpin masa depan orang Pakpak.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Cinari membuat rasa kagum bagi Rendes, memang tidak salah pilih aku memilih Cinari sebagai Calon Istriku, kelak akan lahir anak-anakku yang lebih brilian pikir Rendes dalam hati.
Para Tim Penyimpul yang terdiri dari 5 orang tiba pada kesimpulan " Pendapat Rimpah Berutu mengandung kebenaran namun demikian perlu riset tambahan untuk menjadikan pendapat tersebut sebagai Tiori sejarah Peradaban Pakpak.
Renggur Tumangger yang ditunjuk membacakan risalah putusan seminar, pada akhir kata penutupnya mengatakan
" suku yang maju dan besar, suku yang dicintai masyarakatnya, jika suku itu mengetahui sejarah peradabannya, mustahil seorang anak mencintai ibunya jika anak tak mengetahui asal-usul, sifat dan watak ibunya, mustahil kita mempercayai Tuhan jika Kitab Sucinya tak kita mengerti "
Saya dan seluruh Pengunjung bangga dan Kagum sama Rendes Berutu dan Gadis Belia Rimpah br Berutu telah dengan piawai memperdebatkan asal usul peradaban Pakpak, ini adalah langkah awal melahirkan peneliti-peneliti lain orang Pakpak, mudah-mudahan lahir Rimpah-Rimpah yang baru. Hormat dan Kagum untuk anda berdua.
Seluruh hadirin memberikan aplause ucapan pujian bagi dua Putra Putri Pakpak ini.
Para Tamu undangan belum meninggalkan kota Salak mengingat pada hari penutupan ada acara spektakuler yaitu pegelaran acara Pertunangan, semua menduga bahwa itu adalah sekedar acara pagelaran pertunangan belaka.
Ternyata diluar pengetahuan Rendes dan Cinari kedua keluarga ini telah menyiapkan suatu upacara besar-besaran tentang pertunangan yang sebenarnya bukan sekedar pagelaran.
Di hari ke III yaitu Penutupan ada sedikit kebingungan pembawa acara juga para tamu undangan, secara tiba-tiba acara diambil alih oleh Eva Racut br Berutu dan Renggur Tumanger (sepupu Cinari ).
Renggur : Maaf saya bersama Eva Racut sengaja mengabil alih acara, karna kita sampai pada acara yang spektakuler yaitu pagelaran upacara adat pertunangan.
Eva Racut : Kurasa kurang menarik jika hanya acara pagelaran saja mengingat pagelaran hanyalah sandiwara, tapi alangkah baiknya kalau kita adakan acara pertunangan yang betulan
( Rendes dan Cinari saling menunduk, jantung Cinari berdegub kencang, banyak pertanyaan dulu janjinya kalau debatku berbobot, apa masudnya ini semua, juga Rendes apa maksudnya ini Cincin tunangan tinggal di tasku tadi ndak kubawa, pikir Rendes)
Renggur : Untuk menyaksikan pertunangan atas jalinan cinta putra dan putri Pakpak kebanggan kita ini, dimohon pihak Berutu dan Pihak Tumangger maju kedepan sebagai saksi.
langsung pihak Berutu dan Pihak Tumangger berdiri langkap pakai baju adat Pakpak maju kedepan, tapi kelihatan Rendes mau protes karna cicin yang ditukangkan dia tertinggal di tasnya di rumah Rimpah
Langsung Rimpah mendekat, " jangan bingung bang " kata Rimpah sambil menyodorkan Cincin Tunangan, ini hadiah dari Nantua, dia yang menukangkan ini, Nantua ingin cepat menggendong cucu tauuuuuuu kata Rendes berbisik di telinga Rendes dan memasukkan kotak tersebut ke kantong calana Rendes biar tak dilihat orang.
Eva Racut : Kita Panggilkan Turangku yang gagah perkasa Rendes Berutu
Renggur : kita panggilkan juga pasangannya yaitu Turangku yang cantik jelita Cinari br Tumangger
Semua memberi tepuk tangan, undangan tak lagi melihat acara pertunangan hanya sekedar pagelaran tapi benar-benar pertunangan yang nyata.
Rendes dan Cinari maju kedepan, Rendes mengambil kotak di kantong celannya, dia membuka dan memakiakan cicin tunangan ke jari manis Cinari, wah memang hebat felling Ibu Rendes cincin itu pas di jari manis Cinari.
Rendes mencium kening Cinari dan berkata i love you full, juga Cinari berkata " ngkelleng kalon atengku bamu impal " mereka berpelukan bahagia.
Semua bangga dan terharu, semua tamu undangan merasa puas dan merasa berpartisipasi untuk kemajuan, persatuan dan kekompakan sesama Pakpak, sangat luar biasa.
Tak menunggu lama lagi, besoknya sudah berangkat Persinabuli Berutu merkata utang (membicarakan jujuran atau tokor beru) ke Sidikalang di rumah Bapak Cinari, dan perkawinanpun ditentukan 2 minggu kemudian.
Acara perkawinan mereka ini termasuk paling spektakuler dan paling akbar sampai saat ini, hampir seluruh Pakpak di Silam Suak datang, dan banyak yang datang tanpa di Undang hanya berdasarkan Undangan di Iklan Koran-Koran yang ada di Sumut.

====== 00000=========


Karya : Wasdin Sudiarma Berutu, SH
Alamat : Tarakan Kalimantan Timur
Kuta Asal : Singgabur Pakpak Bharat,

Catatan :
1. Cierita ini adalah fiktif, jika ada persamaan nama, tempat kejadian, peristiwa hanyalah faktor kebetulan.
2. Jika ada tuntutan hukum atas isi cerita ini sepenuhnya tanggung jawab penulis.
3. Jika ada media cetak yang menerbitkan cerita ini dalam medianya, harus atas seiizin penulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda :